Lihat ke Halaman Asli

Archangela Y. A.

Arkeolog - Museolog

Sendratari Roro Jonggrang di Candi Prambanan

Diperbarui: 13 Maret 2020   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sendratari Loro Jonggrang--dokpri

Mendengar nama Candi Prambanan, pastilah selalu dikaitkan dengan Legenda Loro Jonggrang. Candi yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta ini menyimpang seribu cerita, baik yang tertuang di dalam relief candi, maupun legenda yang dipercaya oleh masyarakat.

Selain menampilkan keindahan candi, Prambanan juga menambah daya tariknya dengan pertunjukan sendratari. Bertempat di sebuah panggung terbuka maupun panggung Trimurti yang tertutup, umumnya yang ditampilkan adalah Sendratari Ramayana. Namun ternyata di Prambanan kini juga menampilkan Sendratari Roro Jonggrang.

Sendratari Ramayana yang sangat terkenal sudah dipentaskan sejak tahun 1961, sementara itu Sendratari Roro Jonggrang baru mulai diperkenalkan kepada masyarakat secara perdana pada Minggu, 25 November 2018 di Panggung Trimurti. Berbeda dengan Ramayana, Sendratari Roro Jonggrang ini memiliki konsep yang lebih dinamis, dengan didukung teknologi multimedia untuk menambah keindahannya. 

Gerakan tari yang dinamis juga sangat menarik karena dipadukan dengan gerakan hip hop, break dance, hingga akrobatik. Sendratari ini menjadi sangat mudah untuk dinikmati berbagai kalangan, hingga anak-anak pun dapat memahami cerita dengan mudah.

Gerak Tari Sendratari Roro Jonggrang yang Dinamis--dokpri

Legenda Roro Jonggrang yang melatarbelakangi pembangunan Candi Prambanan ini merupakan kisah drama percintaan yang sangat indah untuk dipentaskan. Kisah ini berawal dengan kekalahan Prabu Damarmoyo, Raja dari Kerajaan Pengging, terhadap Prabu Boko, ayahanda Roro Jonggrang. Berceritalah Prabu Darmoyo pada anaknya, Bandung. Bandung pun sangat murka dan akhirnya Prabu Darmoyo mengutus putranya untuk berperang melawan Prabu Boko.

Prabu Damarmoyo dan Bandung Bondowoso--dokpri

Di dalam perjalanan, Bandung bertemu Bandawasa, jin yang sakti. Mereka bertanding dan Bandung pun menang. Sehingga mereka bersatu menjadi satu raga yang sangat sakti, Bandung Bandawasa. Karena kesaktiannya itu, ia dapat mengalahkan Prabu Boko.

Bandung sedang Melawan Bandawasa--dokpri

Di Keraton Boko, Bandung Bandawasa melihat Roro Jonggrang yang sangat cantik,  ia pun jatuh cinta. Kemudian Bandung melamar Roro Jonggrang. Namun Roro Jonggrang mengetahui bahwa Bandung adalah pembunuh ayahnya, sehingga ia menolaknya. Karena terus dirayu, akhirnya Roro Jonggrang bersedia menerima lamaran Bandung dengan syarat dibuatkan seribu candi dalam waktu satu malam. Bandung menyanggupi permintaan tersebut. Dengan kesaktiannya dan dibantu para jin yang merupakan anak buah Bandawasa, ia hampir menyelesaikan candi itu.

Bandung Melamar Loro Jonggrang--dokpri

Kebahagiaan saat Lamaran Bandung Diterima--dokpri

Roro Jonggang memantau proses pembangunan candi yang hampir selesai itu. Ia pun berupaya untuk menggagalkan pembangunan tersebut. Ia membangunkan para perempuan dan meminta mereka untuk memukul-mukul lesung. Mendengar suara lesung, ayam jago berkokok. Para jin mengira hari sudah pagi, mereka pun segera pergi karena takut dengan matahari.

Mengetahui hal itu sementara pembangunan candi belum genap seribu, Bandung sangat marah dan mengutuk Roro Jonggang menjadi arca untuk menggenapi candi yang keseribu.

Loro Jonggrang Dikutuk menjadi Arca untuk Menggenapi Candi yang Keseribu--dokpri

Arca seorang dewi yang sangat cantik inilah yang sekarang dapat kita lihat di candi utama Kompleks Candi Prambanan, yaitu Candi Siwa. Di salah satu bilik Candi Siwa terdapat Arca Durgamahisasuramardhini. Arca Dewi Durga inilah yang dipercaya oleh masyarakat sebagai perwujudan Roro Jonggrang dari legenda tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline