Lihat ke Halaman Asli

Arbit Manika

Aktivis Desa dan Pro Demokrasi

Papua Membara, Antara Kemanusiaan dan Kedaulatan NKRI

Diperbarui: 3 September 2019   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Photo FB Manika Arb

Penyelesaian masalah dengan cara yang keliru, anarkis, bahkan berujung pada tindakan rasisme pada Mahasiswa Papua oleh sekelompok ormas di Surabaya beberapa hari lalu, menjadi pemantik  kemarahan rakyat Bumi Cendrawasi.

Tanah Papua akhirnya bergejolak, merah putih terkoyak, dan bintang kejora seakan menemukan momentumnya, karena perlakuan yang dinilai keliru dan tidak adil selama ini, yang telah mengkristal menjadi bom waktu di alam bawah sadar rakyat Papua, sehingga mudah terprovokasi.

Kekayaan alamnya yang melimpah, tidak menjadi jaminan rakyat Papua lebih maju dan sejahtera. bahkan sebaliknya membuat mereka banyak mendapat perlakuan yang tidak adil khususnya di era Orde Baru.

Papua dalam perspektif sejarah, di incar oleh banyak negara asing  pasca perang dunia kedua II, bahkan  kejadian yang menimpa dua Tokoh Dunia, yaitu Presiden John F Kennedy Amerika dan Presiden Soekarno, dikaitakan dengan Tanah Papua.

Di awali dari penemuan Gunung Emas terbesar di dunia yang ada di Papua, oleh Jean Jacques Dozy kepala Ahli Geologi dan minyak, perusahaan tambang Belanda tahun 1936, yang dilanjutkan oleh Forbes Wilson, kepala eksplorasi PT Freeport Amerika yang melakukan ekspedisi ke Papua pada tahun 1960 menjadi titik awal malapetaka bagi rakyat dan Tanah Papua.

Eropa dan khususnya Amerika Serikat pasca perang dunia ke II, menghadapi krisis ekonomi, sehingga untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi membutuhkan investasi besar, karena itu Parlemen Amerika menyetujui rancangan PT Preefort untuk mengeksplorasi Gunung Eestberg dan Grastberg Papua, sehingga merubah peta politik dunia, khususnya Indonesia, John F Kennedy akhirnya mati tertembak dalam sebuah peristiwa pada tahun 1963, dan Presiden Soekarno di kudeta thn 1966.

Dalam beberapa kajian ilmiah, Direktur CIA Amerika  Allan Dulles, adik kandung Menteri Dalam Negeri Amerika John Foster Dulles, yang juga dekat dengan Forbes Wilson Derektur Ekspolrasi PT Freeport, dikaitkan atas kejadian yang menimpa Presiden Amerika John F Kennedy dan Presiden Soekarno.  

Akhirnya ambisi Allan Dulles terwujud, Pemerintah Indonesia menandatangani Kontrak Karya PT Freeport, beberapa bulan  setelah pelantikan Soeharto sebagai Presiden RI ke 2, menggantikan Soekarno setelah menerima Surat Perintah 11 Maret 1966.

Konteks lain, Papua menjadi wilayah NKRI 16 tahun setelah Indonesia merdeka, karena Kolonial Belanda bersikukuh tidak ingin melepas Irian Barat alias  Papua, bahkan pihak Belanda sedang mempersiapkan beridirinya negara Papua yg akan menjadi boneka Belanda, alasannya tentu karena Kolonial Belanda telah mengetahui Gunung Emas Gresberg Papua.

Namun Presiden Soekarno berkeras, bahwa secara historis Papua adalah bagian dari Indonesia, sehingga berbagai upaya yg di lakukan Soekarno, baik pendekatan ekonomi, diplomasi dan militer, pada  tahun 1961 Soekarno merasa terpaksa membuat kebijakan yang dikenal dengan Operasi Trikora,  pembebasan Irian Barat dari Kolonial Belanda, akibat kegagalan berbagai upaya diplomasi di KMB PBB.

Setelah Indonesia berhasil mengusir Belanda di Irian Barat, melalui Operasi Trikora,  Soekarno yang dikenal dekat dengan Presiden Amerika John F Kennedy, sukses meyakinkannya untuk membantu penyelesaian  sengketa Tanah Papua antara Indonesia dengan Belanda agar mendapat pengakuan international.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline