Abstrak
Fenomena buzzer dan hoax pada media sosial menjadi perhatian publik menjelang Pemilu 2024. Gen-Z, sebagai salah satu kelompok pemilih yang terbesar, dikhawatirkan akan terpengaruh oleh informasi yang salah di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh fenomena buzzer dan hoax pada media sosial terhadap pilihan politik Gen-Z pada Pemilu 2024.
Latar Belakang
Media sosial telah menjadi salah satu sarana komunikasi politik yang penting dalam Pemilu di Indonesia. Hal ini dikarenakan media sosial memiliki potensi untuk menjangkau audiens yang luas dan cepat. Namun, di sisi lain, media sosial juga rentan terhadap penyebaran informasi yang salah, termasuk buzzer dan hoax.
Buzzer adalah individu atau kelompok yang dibayar untuk menyebarkan informasi tertentu di media sosial. Hoax adalah berita bohong yang sengaja disebarkan untuk menipu atau merugikan orang lain. Kedua fenomena ini dapat berdampak negatif terhadap proses demokrasi, termasuk pemilihan umum.
Gen-Z adalah kelompok pemilih yang terbesar pada Pemilu 2024. Mereka merupakan generasi yang lahir setelah tahun 1996 dan tumbuh berkembang di era digital. Gen-Z memiliki karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya, termasuk dalam hal penggunaan media sosial.
Gen-Z lebih aktif menggunakan media sosial daripada generasi sebelumnya. Mereka juga lebih cenderung percaya pada informasi yang mereka temukan di media sosial. Hal ini membuat Gen-Z rentan terhadap pengaruh buzzer dan hoax.
Tinjauan Pustaka
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa buzzer dan hoax dapat mempengaruhi pilihan politik. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardani (2022) menunjukkan bahwa buzzer dapat membentuk persepsi publik terhadap kandidat dan memanipulasi informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Anugerah (2020) menunjukkan bahwa hoax dapat mempengaruhi keputusan pemilih.
Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa buzzer dan hoax memiliki potensi untuk mempengaruhi pilihan politik, termasuk pada Gen-Z. Namun, penelitian-penelitian tersebut masih terbatas pada skala kecil dan tidak fokus pada Gen-Z.
Metode