Lihat ke Halaman Asli

Arbaati Amaliyah

Mahasiswa Pendidikan IPS UNJ

Golongan sebagai Kekuatan Sejarah

Diperbarui: 25 Agustus 2021   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar sumber historica

Kata "golongan" dipakai untuk menggantikan social class yang banyak dipersangkakan orang sebagai milik khas kaum Marxis. Padahal, kata golongan adalah konsep umum yang banyak dipakai dalam sosiologi. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa golongan sebagai kekuatan sejarah adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan nasib atau persamaan kelas sosial seseorang.

Sebagai contoh para Pegawai di kota Surakarta, baik dari keraton maupun kerajaan, yang disebut sebagai priyayi sekitar tahun 1900an bergabung dalam perkumpulan Abipraya. Para perkumpulan priyayi semacam ini juga terdapat di kota kota lain. Sementara itu, munculnya gerakan BU (Budi Utomo) adalah cerminan dari kebangkitan golongan terpelajar pribumi. Di hampir semua daerah, orang orang terpelajar menjadi sponsor, pendukung, dan juga anggota. Di kota Surakarta, banyak abdi dalem kerajaan menjadi anggota BU. 

Koran BU, Darmo Kondo, dilanggan para pegawai. Bahkan para pedagang yang pandai baca dan tulis, sebagai golongan intelektual waktu itu juga menjadi anggota gerakan BU dan pembaca Darmo Konda. Orang orang Islam dari Laweyan dan Kauman juga banyak yang menjadi anggota BU. Kemudian para wong cilik membentuk Sarekat Islam yang dipelopori oleh para pedagang.

Para golongan buruh dan tani yang juga muncul pada waktu yang hampir bersamaan banyak diperebutkan partai partai politik. Dalam sejarah revolusi, kaum buruh hampir di semua tempat dan pekerjaan mereka mendirikan angkatan angkatan muda.

Golongan pemuda, mahasiswa, dan kaum pelajar sangat berperan dalam transisi dari Orde Lama ke Orde Baru, untuk beberapa lama "monoloyalitas" yang berupa kesetiaan tunggal pada Golkar diterapkan untuk para pegawai negeri. Sementara itu, golongan petani dan buruh juga ada organisasinya, banyak diantaranya yang secara praktis dikooptasi oleh pemerintah untuk menghindari perpecahan antar golongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline