Lihat ke Halaman Asli

Asa Robby Azizan

Guru Kelas 4 SDIT PERSIS 99 Rancabango - CGP Angkatan 10

Membangun Sekolah Ramah Anak melalui Budaya Positif - Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif di Sekolah

Diperbarui: 14 Juni 2024   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Modul 1.1 hingga Modul 1.4 saling terkait dan terintegrasi. Pada pembelajaran Modul 1.4, kita menyelesaikannya dengan melakukan Aksi Nyata dari materi yang dipelajari dengan menerapkannya di sekolah. Saya, sebagai penulis, melakukan praktek ini dan berbagi pengalaman dalam sesi Diseminasi Budaya Positif pada 12 Juni 2024 di SDIT PERSIS 99 Rancabango. Diseminasi ini melibatkan forum diskusi komunitas belajar (Kombel) KKG SDIT PERSIS 99 Rancabango, yang dihadiri oleh kepala sekolah dan guru.

Aksi nyata ini dimulai dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi terhadap pembelajaran Budaya Positif yang telah dipelajari sebelumnya melalui proses pembelajaran daring atau mandiri. Sebagai calon guru penggerak angkatan 10, saya berkoordinasi dengan kepala sekolah dan wakil kurikulum untuk membahas materi Modul 1.4 Budaya Positif serta menyusun jadwal diseminasi. Kepala sekolah memberikan dukungan penuh dengan menjadwalkan sesi pada Rabu, 12 Juni 2024, pukul 13:00 WIB untuk diseminasi Budaya Positif, yang terus diumumkan setiap briefing pagi.

Pelaksanaan diseminasi dilakukan pada hari Rabu, 12 Juni 2024, pukul 11.30 WIB, dengan tema "Diseminasi Budaya Positif". Para peserta, termasuk kepala sekolah, wakil kurikulum, guru, dan staf pendidik, antusias dan aktif dalam kegiatan ini karena materi yang mendalam mengenai Disiplin Positif, 5 kebutuhan dasar manusia, 5 posisi kontrol, teori motivasi intrinsik dan ekstrinsik, segitiga restitusi, serta keyakinan kelas. Diskusi kelompok dilakukan untuk menggali wawasan dalam pembelajaran berkelompok.

Saya, sebagai pembawa materi diseminasi, memberikan contoh konkret yang sudah saya praktikkan di kelas terkait dengan 5 posisi kontrol yang mempengaruhi murid. Melalui diskusi kelompok, kami sepakat bahwa posisi kontrol terbaik adalah sebagai manajer, yang mengimplementasikan segitiga restitusi sesuai dengan keyakinan kelas atau keyakinan sekolah yang telah disepakati. Kami juga menyepakati contoh-contoh keyakinan kelas yang menjadi acuan dalam penanganan kasus siswa yang melanggar keyakinan tersebut.

Tahapan refleksi dilakukan dalam sesi refleksi aksi nyata, di mana kami mengevaluasi tantangan dalam menjaga konsistensi segitiga restitusi dan pentingnya keyakinan sekolah/keyakinan kelas secara menyeluruh di setiap kelas. Ini membantu murid meningkatkan kesadaran diri mereka dalam bertindak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat, dengan konsekuensi yang diberikan sebagai pembelajaran, bukan hukuman.

Refleksi dari guru dan murid menunjukkan perasaan puas terhadap proses belajar yang terjadi di sekolah, meskipun ada kebutuhan untuk terus meningkatkan konsistensi dalam menerapkan manajemen kelas yang berbasis pada keyakinan sekolah dan keyakinan kelas yang disepakati bersama. Dengan demikian, budaya positif yang diterapkan oleh semua komponen sekolah dapat membantu mengembangkan karakter dan potensi positif pada setiap murid.

Tayangan Video Diseminasi :

https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/687386





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline