Lihat ke Halaman Asli

Arayu

writer

Cinta Itu Luka Adanya (2)

Diperbarui: 27 Juni 2022   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cila

Sabtu siang, Cila membaca pesan whatsapp dari Dea. Temannya itu sedang berada di Bandung dan mengajaknya bertemu di salah satu Cafe. Cila memang sering bertukar pendapat dengan Dea mengenai berbagai hal, bisa dibilang Cila salah satu orang yang selalu mendukung setiap apa yang dikerjakan Dea. Pemikiran-pemikiran Dea juga hampir sama dengannya, itulah awal yang membuat Cila tidak ragu untuk berteman dengan Dea. Dea ini salah satu teman yang menurutnya punya semangat yang tinggi untuk mencapai apa yang ia inginkan. Dea punya mimpi besar yang sama dengannya, sehingga mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam ketika mengobrol.

Setiap bertemu dengan Dea, Cila selalu merasa tertular semangatnya. Bertemu dengan Dea itu seakan mengisi daya setelah berhari-hari energi terkuras habis ketika bekerja. Dea itu ibarat powerbank yang energinya tidak pernah habis. Cila datang lebih awal dari waktu janjian, dia memesan ice caffe latte sembari membuka buku yang ia beli di Jakarta beberapa waktu lalu.

"De" ucap Cila melambaikan tangan

"Hai Cil, Gue denger lo abis ketemu sama Dylo dua minggu yang lalu. Terus gimana kelanjutannya?" Tanya Dea penasaran

"Hah, ya ga ada gimana-gimana" Jawab Cila tidak mau memperpanjang cerita. Cila tau mungkin Dea tidak serius dengan yang ia ucapkan. Dea memang sering menggoda Cila.

"Dylo tu baik orangnya. Udah ga apa-apalah... you need someone to talk I think. Ga ada salahnya lo deket sama dia." Dea mencoba meyakinkan Cila

"Ngaco lo De, udah ah bahas yang lain aja. Gimana bisnis lo di Kemang?" kata Cila mengalihkan pembicaraan

"Jadi, rekanan bisnis gue tu maunya ngubah desain baju lagi. But so far so goodlah, lancar jaya. Jadi nanti di lantai 1 itu tempat merch, lantai 2 itu baru semi bar dan lantai 3 rooftop" Dea menjelaskan konsep caf bar yang baru dia renovasi. Dia juga menunjukkan beberapa desain caf barnya dan meminta pendapat Cila

"Eh tapi kenapa sih lo ga mau ngebahas Dylo, gue liat lo berdua tu cocok, bisalah kalo cuma buat temen curhat gitu, just think about it."

"Tapi Oza gimana?" Cila tidak benar-benar bertanya, dia hanya ragu untuk membuka diri dengan lawan jenis. Dia tau betul, dia punya batas-batas yang harus dia jaga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline