Lihat ke Halaman Asli

Arayu

writer

Wel (3)

Diperbarui: 20 April 2022   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak tau apakah aku sudah membaik, sesi konsultasiku dengan pskiater sebenarnya sudah berjalan beberapa kali. Aku mulai terbiasa dengan sesi demi sesi yang kami lakukan. Teriakan-teriakan dalam kepalaku sudah mulai berkurang tapi terkadang mereka muncul tiba-tiba dan membuatku sangat ingin menyakiti diri sendiri. 

Demi kesembuhanku, aku memutuskan untuk rehat sejenak. Melakukan kegiatan-kegiatan yang belum pernah aku coba sebelumnya. Hari ini aku mencoba paralayang, wahana ekstrim yg begitu menakutkan tapi sangat ingin kulakukan. Aku menguatkan tekadku untuk mencobanya, dan ternyata sangat seru dan bisa jadi salah satu stress reliefku.

Hari-hariku lebih banyak kuhabiskan dengan mencoba hal-hal baru yang menarik buatku, contohnya mengikuti kelas korespondensi. Terlihat sangat eyecatching buatku, di zaman yang serba digital ini siapa yang masih melakukan korespondensi manual yang memerlukan waktu berhari-hari untuk sampai ke alamat yg dituju?. Tapi ketika kubaca apa maksud dan tujuan kelas ini dibuat dan siapa saja yang terlibat dalam kelas ini nanti, tanpa pikir panjang aku langsung mau mendaftar. 

Disela-sela masa pemulihanku ini, aku masih tetap bisa produktif. Berada d trauma healing tanpa menemani pasien, karena sekarang akulah salah satu pasiennya. Setiap hari yang kulakukan adalah aktif menulis jurnal pribadiku, juga aktif di kelas korespondensi. Mempunyai kesibukan sejujurnya memberikanku ruang untuk lebih mengenal diriku sendiri dan mulai menerima semua yang telah dan sedang aku lakukan saat ini.

Walaupun aku hanya pasien, tapi keinginanku untuk tetap bersosialisasi terhadap teman-temanku di trauma healing ini  tetap bisa terwujud, walaupun aku hanya bisa mengamati dari jauh kegiatan mereka, tapi itu lebih dari cukup bagiku.

Oh iya, kami juga membuka lowongan bagi sukarelawan yang mau berperan aktif mengisi kelas dongeng untuk trauma anak-anak, salah satu kelas yang dulunya sering aku datangi ketika masih melakukan pendampingan bahkan hingga aku menjadi bagian dari pasien juga tetap kulakukan. Sebetulnya, ada satu sukarelawan yang menarik perhatianku, namanya Asta, beberapa kali Dia sempat mengisi kelas di trauma anak-anak. Kudengar dia sedang melanjutkan studi S2nya dengan fokus perkembangan anak. 

No wonder kalau dia begitu menyukai kelas dongeng ini, dia tau betul bagaimana mengambil hati anak-anak d kelas. Dia bahkan sangat mahir dalam berdongeng. Dia kemudian mengajakku bergabung untuk membantunya, tentu saja ajakan yang sangat sulit aku tolak mengingat betapa cintanya aku pada anak-anak.

Seketika rutinitasku bertambah dan aku tenggelam dengan rutinitas baruku itu. Obat dari pskiaterku juga sudah tidak banyak lagi yang harus dikonsumsi. Kata pskiaterku kemajuanku cukup baik, tapi masih tetap butuh pendampingan dari perawat. Hari demi hari jurnal yang kutulis juga lebih banyak berisi perasaan positif daripada negatifnya. Aku sudah jauh lebih terbuka, mama juga kelihatannya lebih lega melihat perkembanganku sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline