"Sori, gue ga ada waktu buat basa-basi. Lo udah pasti tau kan kenapa kita berdua ada di tempat kayak gini?", ucap Kalia pada laki-laki yang ada dihadapannya, tegas. "Lo juga udah pasti tau tentang gue, kan?", lanjut Kalia sembari memberikan tatapan sinis pada laki-laki tersebut.
"Wow... i like you already, gue rasa lo cocok jadi partner gue".
"What?!?"
"Oke, lets make it easy, waktu gue juga ga banyak. Gue juga udah bosen dikenalin sana-sini sama nyokap, gue rasa lo juga ngerasain hal yang sama kayak gue. let's make a deal. Gimana kalo kita nikah?"
"Are you crazy?, gue bahkan ga kenal sama lo. Gimana gue bisa nikah sama lo?"
"Anggep aja kita nyelametin hidup kita masing-masing, dari orang-orang yang "terlalu" care sama kita. Gue ga akan ngerepotin lo, ga akan ngelarang-ngelarang lo, lo bebas ngelakuin semua yang mau lo lakuin"
"Sakit lo" bisik Kalia ditelinga laki-laki yang bahkan dia belum tau namanya namun sudah sangat menyebalkan baginya. Kalia bergegas meninggalkan cafe bernuansa klasik tersebut. Sejam yang lalu dia masih di kelas dimana ia mengajar, sampai telepon dari bundanya yang bernada memohon untuk ia pergi menemui laki-laki yang bunda harap bisa cocok dengannya.
Bunda memang begitu, selalu mencari segala cara agar Kalia mau berkenalan. Entah sudah berapa banyak laki-laki yang bundanya kenalkan, tapi Kalia tetap masih ingin sendiri.
Kalia bukan wanita yang berparas cantik, dia juga tidak punya pekerjaan pasti selain mengajar. Postur tubuh kalia juga tidak seperti model-model, cuma 155 cm dengan berat hampir mendekati 70 kg, umurnya juga sudah tidak muda lagi, 30 tahun dan belum memikirkan pernikahan. Bagi sebagian besar wanita, umur 30 masih single itu seperti momok, mengerikan. Tapi bagi Kalia, itu tidak masalah, justru ia masih bisa melakukan semua hal yang ia mau bahkan yang belum pernah ia lakukan. Kalia sengaja membebaskan diri dari dogma-dogma yang tidak sejalan dengan dirinya.
Di dalam tasnya selalu ada laptop, kamera poket, agenda, pulpen, dan smartphone kesayangannya yang sebenernya udah ga terlalu smart. laptop selalu ia bawa kemanapun ia pergi karena ia harus selalu update tulisan di tumblr atau kompasiana tempat ia berkeluh kesah, dua media itu tempat yang nyaman baginya untuk mengeluarkan segala ide yang ada di kepalanya.
Walaupun satu yang masih susah ia laksanakan adalah komitmennya untuk kembali menulis masih belum sepenuhnya timbul lagi. Kalia merasa kebanyakan tulisan-tulisannya adalah sampah yang tidak bisa ia publish di kompasiana. Banyak faktor yang menghambat ia untuk kembali menulis, tapi Kalia tetap akan berusaha menepati komitmennya. Kamera poket, agenda dan pulpen yang selalu dibawa Kalia juga bukan tanpa tujuan yang jelas. Barang-barang tersebut digunakan just in case semua gawai elektroniknya mati dan tidak ada tempat lagi buat mengisi daya.