Lihat ke Halaman Asli

Arayu

writer

Petrichor

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia datang di semburat senja, kala itu langit sedang mencurahkan kasih sayangnya ke bumi. menghilangkan dahaga semua makhluk di dalamnya. Sepi, hanya gemercik air yang terdengar. Dia mendendangkan lagu-lagu yang disukainya, acuh dengan sekitar. "Tidak ada orang ini" begitu pikirnya. Dia begitu menikmati suasana, hingga tak sadar sepasang mata mengawasinya dari jauh.

**

"Gadis aneh" ucapnya. Ia tetap memandangi gadis itu.

Disaat semua orang sudah asik bercengkrama dan menghangatkan diri, mengapa gadis itu malah asik bersenandung di bawah derasnya hujan?. Ia mengenal gadis itu, Petrichor...

**

"Hey!!!" teriak seseorang dari kejauhan. Petrichor mencoba melihat orang itu, namun matanya tak kuasa mengenalinya. Lalu ia beranjak ke pinggiran kursi tapi tetap tak bisa mengenali orang itu.

Petrichor lupa meletakkan alat bantu penglihatannya, ia menyerah dan kembali lagi ke tengah pekarangan rumahnya.

**

Igo, melambaikan tangannya seraya tetap berteriak, "Kau bisa sakit jika terus-menerus disitu" ia tau Petrichor tak akan mendengarnya, suaranya tenggelam ditelan hujan. Ia kembali memperhatikan gadis itu.

**

Tak lama hujan berhenti, Petrichor tidak segera masuk ke rumahnya. Ia menghentikan senandungnya, duduk dikursi yang ada dibawah pohon cemara, seraya memejamkan matanya. Ia menarik nafas dalam, begitu menikmati bau setelah hujan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline