Lihat ke Halaman Asli

Madana Dun Ya, Sekolah Sederhana dengan Jiwa Permata

Diperbarui: 12 Oktober 2016   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi foto, by ARAska

Madana Dun Ya, Sekolah Sederhana Dengan Jiwa Permata

Oleh Damayanti Syakra dan Tim LanSa ABK *

Tawa, tangis, teriakan, terdengar jelas dari sudut pagar sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB) nan sederhana, bernama Madana Dun Ya. Terpaku rasanya kaki-kaki kami Lanting Sahabat Anak Berkebutuhan Khusus (LanSa ABK) menatap sekolah itu, pada Selasa pagi, 2 Agustus 2016, ada kebahagiaan tak berbatas disana.

Suara tegas para pahlawan tanpa tanda jasa itu, menenangkan mereka di tiap-tiap kelas yang ruangnya belum sempurna. Madana Dun Ya, namanya begitu unik namun besar maknanya.

Yusmini, Wakil Kepala Sekolah SLB Plus Madana Dun Ya menjelaskan artinya, bahwa Madana adalah mengatur, Dun Ya adalah Dunia, jadi berharap agar sekolah ini dapat mengatur dunia untuk ABK, agar mereka sejahtera dan tidak ada diskriminasi.

Kehadiran LanSa ABK di SLB Madana Dun Ya, merupakan rangkaian jejak yang panjang dari kegiatan sosial bersama Prasasti Pena yang telah dimulai dari Oktober 2015, dengan tema ‘Berbagi Pengetahuan & Pengalaman’.

Rangkaian kegiatan sosial sebelumnya, yaitu dari Panti Asuhan ke Panti Asuhan (PA) di PA Al Ihsan, PA Siti Armah, PA Al Hidayah, PA Al Ikhlas, PA Nur Hidayah, PA Harapan Ibu, PA Muhammadiyah Putra, PA Aisyah Puteri, PA Sultan Suriansyah, PA Intan Sari, dan PA Nur Azizah. Kemudian SLB Madana Dun Ya, PA Bhakti Luhur, PA Ashabul Kahfi, PA Al Muhajirin, dan PA Arrisalah

SLB Madana Dun Ya didirikan pada tahun 2010, yang beralamat di Jalan Brigjend H Hasan Basri, Gang Abuya, No 92 A, RT 39, Banjarmasin, ini merupakan sekolah yang terdapat anak-anak penghuni surga di dalamnya, yaitu anak-anak berkebutuhan khusus.

Terhitung sekitar 50% untuk anak yang mengalami hambatan kognitif atau tunagrahita ringan, 30% anak autis, dan 20% anak yang mengalami hambatan pendengaran atau tunarungu, serta sebagian kecil lainnya ada yang tuna ganda.

Anak-anak yang bersekolah disana terbilang cukup banyak, namun tenaga pendidiknya masih sedikit, bahkan dapat dikatakan kekurangan. Sehingga satu orang tenaga pendidik harus masuk ke dalam beberapa kelas yang terbilang sempit dan masih belum teratur, untuk memenuhi kebutuhan belajar anak.

Selain itu, ditengah minimnya perlengkapan penunjang pendidikan dan prestasi anak didik, seperti perlengkapan alat musik gitar, gendang, dan alat musik lainnya yang masih belum tersedia, termasuk pelatih musik itu sendiri. Karena ketiadaan anggaran untuk memenuhinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline