Intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah serta beradaptasi dan belajar dari pengalaman dalam suatu keahlian yang ada didalam diri manusia untuk menyelesaikan persoalan dan sebuah skill untuk belajar dari kejadian atau pengalaman yang sudah didapat maupun dialami. Dalam dunia anak usia dini, intelegensi sangat penting, atau juga bisa intelegensi berarti kecerdasan.
Mengevaluasi Pendekatan Inteligensi menurut Nickerson dkk (1985) yakin pada beberapa kemampuan yang mereka percayai merepresentasikan intelegensi manusia yakni pertama adalah kemampuan untuk mengklasifikasikan pola. Semua manusia yang memiliki inteligensi normal akan mampu menempatkan stimulas tak-identik kedalam kelompok-kelompok. Kedua adalah kemampuan untuk memodifikasi perilaku secara adaptif. Pada umumnya, para teoretikus menyatakan bahwa beradaptasi dengan lingkungan merupakan ciri terpenting dari inteligensi manusia. Ketiga adalah kemampuan untuk berfikir secara deduktif .berpikir deduktif meliputi pembuatan kesimpulan yang logis dari suatu premis. Keempat adalah kemampuan untuk berpikir induktif (generalisasi). Orang yang berpikir secara induktif perlu "keluar"dari informasi yang diberikan, untuk menemukan aturan-aturan maupun prinsip-prinsip dari beberapa peristiwa yang spesifik. Kelima adalah kemampuan untuk mengembangakan dan menggunakan model konseptual. Kemampuan ini berarti bahwa kita membentuk kesan tentang dunia dan bagaimana dunia berfungsi sertqa menggunakan model tersebut untuk memahami dan menginterprestasikan semua peristiwa/kejadian-kejadian dalam hidup. Keenam adalah kemampuan untuk memahami/mengerti. Pada umumnya, kemampuan untuk memahami berkaitan dengan kemampuan untuk melihat hubungan antar masalah dan memahami makna hubungan tersebut dalam memecahkan suatu masalah.
Perspektif yang luas dan pragmatis dapat diterima, yang tidak lagi menjadi mitos melainkan menjadi konsep fungsional yang dapat ditemukan dalam kesehatian. Gardner menjadikan delapan "kecerdasan dasar" yaitu Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Matematis-Logis, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Kinestetis-Jasmani, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Naturalis, dan Kecerdasan Eksistensial.
Metode Pengukuran Intelegensi dimaksudkan untuk mengukur penampilan maksimum dilakukan dengan tes intelegensi, dilakukan oleh Sir Francis Galton. Dia tertarik dengan terori perbedaan individu yang di kemukakan oleh Chasles Darwin. Awal mula tes intelegensi di daerah Paris.Tes ini dirintis oleh Binet Alfred dan Theodore Simon, keduanya membuat beberapa tes sederhana untuk mengindentifikasi kemampuan anak dan hasilnya dijadikan sebagai pembeda kemampuan anak seperti Tes Binet dan Skala Wechsler (Subskala verbal dan Subskala nonverbal).
Skor IQ diperoleh dari Tes Stanford-Binet dan Skala Wechsler memberikan informasi mengenai kemampuan mental anak-anak, namun hingga kini masih terdapat perdebatan dari para peneliti dalam hal menginterprestasikan perfoma dalam tes inteligensi dari Pengaruh Genetik, Pengaruh Lingkungan, Perbedaan Kelompok, Menciptakan Tes Bebas-Budaya terdapat dua tipe tes tersebut, yaitu : (1) tes yang mencakup item-item yang telah dikenal oleh anak-anak dari semua latar belakang sosial-ekonomi dan etnik atau item-item yang paling tidak telah dikenal oleh anak-anak yang menjalani tes tersebut. (2) tidak mengandung pertanyaan verbal, contohnya sampel item dari tes matriks progresif raven. Individu dihadapkan pada sebuah matriks susunan simbol-simbol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H