Lihat ke Halaman Asli

Amarah 1996: Pencabutan SK Tarif Angkot hingga Pembakaran Damri

Diperbarui: 24 April 2023   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desain by Muhammad Basi L Kader PMII RE UMI

Keesokan harinya (baca: https://www.kompasiana.com/aras_prabowo/6445def6a7e0fa7dea5fd4d2/amarah-1996-berawal-dari-konsolidasi-kader-pmii-re-umi) ke-12 mahasiswa kembali rapat pemantapan aksi di Kantin Fakultas Ekonomi.

Pukul 09:00 pagi , ke-12 mahasiswa tersebut keluar dari kampus dan menggelar aksi sebagai mana yang mereka rencanakan sebelumnya. Setelah melakukan orasi beberapa waktu, muncullah Damri dari Bandara menuju Kota. Kemudian Opan dan mahasiswa atas nama Mail melakukan pemalangan untuk memberhentikan Damri tersebut.

Kemudian kata Cimang yaitu sapaan akrab Firman bahwa setelah diberhentiakan, semua penumpang Damri diminta untuk turun dan diarahkan menggunakan alat transportasi lain, salah satu penumpang adalah anggota TNI yang kemudia kita beri penjelasan mengenai tujuan aksi, sehingga diapun memahaminya.

Setelah itu, kata Umar Ringkasa yang juga tergabung dalam 12 mahasiswa yang aksi bahwa setelah Damri diberhentikan, kuncinya dibuang diparit Depan Kampus. Damri itulah yang dijadikan sebagai tempat untuk melakukan orasi, termasuk tempat menyampaikan tuntutan kepada Walikota agar mencabut SK kanaikan tarif angkot dan mengembalikan pada tarif sebelumnya.

Tidak berselang lama, intensitas mahasiswa yang bergabung semakin banyak. Sehingga aksi tidak lagi dalam kontrol oleh ke-12 mahasiswa yang aksi dari awal. Sehinggan Opan yang merupakan pimpinan aksi ke-12 mahasiswa memutuskan untuk menarik diri dan meninggalkan tempat. Karena dianggap bahwa aksi tidak lagi kondusif, semua elemen mahasiswa sudah tergabung manjadi satu-kesatuan gerakan untuk menuntu pencabutan SK Walikota terkait tarif angkot.

Umar Ringkasa dan Andi Sultan (Almarhum) kembali masuk ke kampus untuk membayar uang ujian negara yang sudah mereka rencanakan malamnya. Termsuk telah mempersiapkan dokumen-dokumen untuk mengikuti ujian Negara.

Akhirnya aksi tersebut pecah. Dan aparat memaksa membubarkan aksi hingga menangkapi mahasiswa sampai masuk ke dalam kampus. Umar Ringkasa dan Andi Sultan (Almarhum) saat itu menyelamatkan diri ke atas plafon kampus lantai 4.

“Kami bersama banyak sekali mahasiswa dan beberapa dosen di atas plafon, termasuk mahasiswi. Beberapa mahasiswa melempari aparat dengan kursi guna menghalanginya agar tidak tertangkap”, jelas Umar saat menggambarkan situasi saat itu.

Situasinya sangat mencekam, tindak aparat sangat represif. Beberapan mahasiswa ditangkap dan dilepas bajunya, kemudian dinaikkan di mobil. Salah satu yang ditangkap adalah Abdul Kadir, S.E. yang saat itu menjabat sekretaris 1 BPM Fakultas Ekonomi.

Umar Ringkasa dan Andi Sultan (Almarhum) berhasil keluar dari kampus lewat dekat Universitas 45 saai ini Universitas Bosowa. Kemudian Andi Sultan (Almarhum) kembali masik di kampus dan berpisah dengan Umar Ringkasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline