Lihat ke Halaman Asli

Globalisasi dan Kebudayaan Indonesia

Diperbarui: 6 Februari 2017   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nanda Agung (Kader PMII Rayon Ekonomi UMI Makassar)

Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut dengan informasi secara mendunia baik melalui media cetak maupun elektronika. Menurut Selo Soemardjan; Globalisasi adalah sebuah proses terbentuknya suatu sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat yang beredar di seluruh dunia yang bertujuan untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama. Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih sering lagi pada tahun 1990-an.

Pada tahun 2000, Dana Moneter internasional (IMF) mengidentifikasikan ada empat aspek dasar globalisasi meliputi perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan pembebasan ilmu pengetahuan. Selain itu tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan dari lautan juga ada hubungannya dengan globalisasi. Proses globalisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja ekonomi, sumber daya sosial-budaya, dan lingkungan alam.

Dewasa ini globalisasi tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat indonesia, globalisasi yang sangat cepat merasuki jantung ibu pertiwi menimbulkan pengaruh besar terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia. Kecanggihan ilmu komunikasi dan teknologi yang perlahan merubah paradigma masyarakat dalam perilaku sosial yang mengakibatkan kurangnya keinginan dalam melestarikan budaya negara sendiri, moderenisasi yang timbul akibat arus globalisasi menjadi faktor utama dalam lunturnya kultur kebudayaan Indonesia. Nilai-nilai kebudayaan Indonesia yang mengalami pergeseran secara signifikan yang diterpa oleh pola gaya hidup yang modrn seakan menghilangkan identitas bangsa.

Moderenisasi yang masuk dari segala lini baik dalam bindang hiburan, gaya hidup serta dari sektor makanan ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan pandangan anak bangsa yang dimana senang ataupun bangga memakai pakaian bikini ketika berada dipantai dengan menampilkan lekukan tubuhnya yang semata-mata hanya untuk menarik pandangan lelaki. Sugguh mirisnya ketika mereka tidak malu lagi mempertonotonkan bagian dari aurat mereka kepada publik, dimana ini adalah simbol maupun mahkota yang dimiliki wanita yang semestinya dijaga dan tidak di publikasikan kecuali kepada seorang suaminya kelak.

Budaya Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi sikap ramah-tamah, gotong royong, dan sopan santun kini bergeser menjadi budaya barat yang dimana mengubah gaya hidup masyarakat menjadi Individualistis, Pragmatisme, Materialisme, Hedonisme serta Konsumerisme. Secara tidak sadar globalisasi mampu meruntukkan semboyan bangsa Indonesia yaitu bhinneka tunggal ika yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu, dimana ini menjadi simbol persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Pengaruh yang timbul akan hal ini memiliki dampak yang begitu besar bagi nusa dan bangsa dalam berkehidupan bermasyarakat, tidak adanya filterisasi yang dilakukan membuat budaya barat semakin memperkuat posisinya di kalangan masyarakat Indonesia, masyarakat yang di belai dengan kegiatan aktivitas yang serba instan sehingga segala sesuatu lebih mudah di kerjakan tanpa memerlukan bantuan orang lain dan menganggap mereka tak membutuhkan bantuan orang lain dalam beraktivitas.

Padahal pada hakekatnya manusia diciptakan agar saling mengenal satu sama lain, sebagai mana Allah berfirman; Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. AL HUJURAT:13). Jelas firman Allah yang mengatakan bahwa manusia diciptakan untuk saling menopang satu sama lain bukan saling menjatuhkan.

Minimnya pengetahuan dan wawasan yang dangkal serta perbedaan pendapat yang berujung pada permusuhan sehingga terciptanya pendirian yang anti terhadap kritikan dalam pengembangan intelektual menjadi polemik besar terhadap karakter pribadi seseorang. Sebagai masyarakat modrn kita harus pintar dan cerdik dalam memilah nilai-nilai yang baik maupun buruk karena dalam era globalisasi ini mempunyai dampak yang baik pula sebagaimana kita dengan mudahnya memperoleh segala sesuatu berita maupun informasi dengan sangat mudah tanpa harus bertanya kepada ahlinya serta kemudahan dalan berkomunikasi dengan siapa saja tak mengenal jarak dan waktu.

Sayangnya dengan adanya kecanggihan IPTEK yang berkembang selain membantu kita atas kemudahan mendapatkan informasi ini banyak yang menyalah gunakannya, memakai jejaring internet untuk menonton hal yang tak sewajarnya sehingga secara tidak sadar anak telah terdotrin oleh tindakan tersebut yang mengakibatkan banyak remaja yang tidak takut dalam melakukan hal ini walaupun dalam peraturan agama dilarang akan tetapi mereka telah terpengaruh oleh kenikmatan jasmani sehingga mendorong anak tidak ragu lagi dalam melakukan hal yang tak pantas dilakukan sepasang kekasih yang belum terikat oleh pernikahan.

Dengan kondisi yang semakin carut-marut ini, kita sebagai bangsa yang besar dan negara yang berkembang seharusnya masyarakat Indonesia mampu membatasi diri dari pengaruh-pengaruh globalisasi yang kian merebak di Indonesia. karena dengan membatasi dirilah adalah cara utama dalam mengurangi dampak negatif yang dibawa oleh globalisasi baik yang akan terjadi maupun yang telah terjadi. Membangun kesadaran akan menjaga kelestarian sosial budaya adalah bentuk kemandirian dan satu bentuk bahwa kita bisa berdiri di kaki sendiri dengan kebudayaan yang ada, tidak semua kebudayaan barat bisa kita peroleh dengan mentah tetapi mengambil budaya barat yang menurut kita adalah baik ini menjadi langkah terpenting dalam mengembangkan intelektualitas diri, semangat belajar dan sikap profesionalisme inilah yang patut kita contohi dalam kehidupan sehari-hari agar kitapun tidak tertelan oleh kejamnya zaman yang memaksa kita dalam persaingan dunia baik dalam ekonomi maupun politik.

Mengutip kaidah dasar menurut KH. M. Hasyim asy'ari yaitu "memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik".

Oleh : Nanda Agung

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline