Lihat ke Halaman Asli

VAR Adalah Diskriminasi dalam Sepakbola

Diperbarui: 4 Desember 2018   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Video Assistance Referee (VAR) menjadi buah bibir sejalan dengan bergulirnya Piala Dunia 2018. Untuk pertama kalinya, VAR digunakan di kompetisi sepakbola tertinggi di dunia.

Namun demikian, penikmat liga Italia dan liga Jerman sebenarnya sudah lebih dulu familiar dengan gerakan telunjuk wasit membentuk kotak ketika mengisyaratkan perlunya bantuan VAR.

Lalu bagaimana dengan Asia? Liga 1 Indonesia ternyata pernah "memakai" teknologi VAR. Hal ini terjadi di pertandingan antara PS TNI vs Persija Jakarta musim lalu.

Tidak yakin dengan kejadian yang terjadi di kotak penalti Persija, wasit Farid Hitaba justru berlari ke pinggir lapangan meminta bantuan kru TV yang sedang menyiarkan siaran langsung untuk meminta rekaman ulang.

Hasilnya: Keputusannya yang memberikan tendangan penalti untuk PS TNI dianulir. Singkat cerita, akhirnya Komite Wasit justru menghukum wasit Farid karena perbuatan bid'ah-nya.

Saya adalah salah satu penentang VAR. Perubahan-perubahan baik dalam law of the games oleh FIFA ataupun hal-hal pendukung lainnya sering terjadi. Namun demikian, harusnya perubahan itu harus dilaksanakan serentak di semua level pertandingan sepakbola.

Contoh perubahan aturan adalah kick-off. Dulu, tendangan kick-off harus diarahkan ke area permainan lawan. Sekarang aturan tersebut tidak berlaku. Tendangan kick off ke arah pertahanan diperbolehkan. Aturan seperti ini bisa diterapkan di seluruh pertandingan dalam waktu seketika. Mulai dari level Piala Dunia sampai level Divisi Nusantara Liga Indonesia. Atau bahkan sampai level turnamen antar SSB.

Ada lagi contoh penerapan aturan baru yang agak mahal. Vanisher spray adalah penerapan teknologi baru yang biasa digunakan wasit untuk memarka posisi bola sebelum tendangan bebas atau untuk membatasi jarak pagar betis. Digunakan atau tidak, tidak akan banyak mempengaruhi hasil pertandingan. Berbeda dengan VAR. Teknologi VAR tidak bisa dibilang murah dan sederhana. Selain itu, dampaknya pun amat besar terhadap hasil pertandingan. Padahal VAR digunakan justru pada momen-momen krusial seperti ketika akan memberikan penalti atau mengkartu merah pemain.

Saya tidak yakin semua pertandingan sepakbola bisa mengadopsi teknologi VAR. Isu ini mungkin tidak terlalu masalah untuk Eropa. Tapi bagaimana dengan liga-liga di negara dunia ketiga. Tidak perlu sampai memikirkan pertandingan di kasta bawah liga Indonesia. di level tertingginya saja - Liga 1-, belum tentu semua pertandingan terdokumentasi dengan perangkat digital secara memadai. Padahal semua pertandingan tersebut resmi di bawah FIFA.

Masalah mungkin belum akan muncul ketika terjadi perbedaan aturan di masing-masing kompetisi. Namun masalah baru akan muncul ketika pemain-pemain yang sudah terbiasa dengan VAR bertanding dengan pemain-pemain yang selama ini tidak terawasi oleh VAR.

Secara alamiah, tentu pemain yang terbiasa dengan VAR akan lebih berhati-hati sebelum melakukan pelanggaran, dan berlaku pula sebaliknya. Bukan tidak mungkin, akan terjadi gegar budaya dalam pertandingan-pertandingan yang melibatkan dua tim dari dunia yang berbeda. Ini jelas diskriminatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline