Lihat ke Halaman Asli

Membandingkan Proyek Mercusuar Bakrie dan Gubernur DKI Jakarta

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: dpavilionarchitech.wordpress.com

Bakrie, sebagai pihak yang dinilai paling bertanggung jawab atas terjadinya bencana lumpur Lapindo bukannya tidak berusaha menyelesaikan masalah. Proses ganti rugi terus berjalan walaupun sering tersendat.

Tahu perumahan Kahuripan Nirwana Village Sidoarjo? Perumahan tersebut dibangun untuk mengganti kerugian sebagian korban lumpur Lapindo. Setidaknya 1.600 rumah sudah diisi oleh korban. Memang belum semua memegang sertifikat atas tanah yang mereka tempati, tapi setidaknya mereka sudah mendapatkan tempat yang layak untuk hidup.

sumber gambar: dpavilionarchitech.wordpress.com

Lalu pertanyaannya, sudah berhasilkah Bakrie dalam menangani kasus Lumpur Lapindo tersebut? Jelas belum! Hanya orang setengah waras atau mabuk beras kencur mungkin yang sanggup bilang bahwa Bakrie sudah berhasil.

Bahkan dalam pandangan yang lebih skeptis, boleh dibilang bahwa Kahuripan Nirwana Village adalah proyek mercusuar Bakrie. Proyek yang akan ditunjukkan untuk ketika ada pihak yang mempertanyakan tanggung jawab Bakrie. Yah namanya juga mercusuar, tentu hanya ujungnya saja yang tampak. Sesungguhnya, di luar mereka yang sudah mendapatkan ganti rugi, masih banyak yang belum tersentuh bantuan yang layak.

Sekarang mari kita beralih ke Jakarta. Seorang Gubernur yang baru seumur jagung menjabat posisi nomer satu di DKI, sudah berani mengambil tantangan yang lebih besar, mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia. Orang kemudian bertanya, prestasi apa yang sudah dihasilkan gubernur tersebut dalam waktu kurang 2 tahun kepemimpinannya tersebut?

Proses relokasi pedagang kaki lima ke blok G Tanah Abang dan Revitalisasi Waduk Ria Rio adalah contoh yang paling sering dijadikan sebagai jawaban. Bukannya tidak mengapresiasi, hanya saja, masalah DKI Jakarta lebih kompleks dari itu. Memang masih ada beberapa proyek lain yang sudah diinisiasi oleh Gubernur tersebut seperti Kartu Jakarta Sehat, Kartu Jakarta Pintar, Groundbreaking MRT, dan seterusnya. Namun semua proyek tersebut kalau tidak menimbulkan masalah di belakang, ya masih dalam tahap awal. Masih jauh dari kata sukses. Sedangkan PKL di Tanah Abang dan Waduk Ria Rio sudah terbukti berhasil. Sah! Namun PKL di Tanah Abang dan Waduk Ria Rio hanyalah 2 butir remahan yang bisa kita temukan di sebuah toko roti bernama Jakarta.

sumber: merdeka

sumber: merdeka

Maka bolehlah saya bilang bahwa kedua contoh yang senantiasa diulang-ulang tersebut hanyalah proyek mercusuar Gubernur DKI Jakarta. Proyek mercusuar yang kemudian dijadikan sebagai bahan dasar propaganda untuk memuluskan jalannya menuju jok belakang RI-1.

Apa bedanya Bakrie di Sidoarjo dengan Gubernur Jakarta saat ini di Jakarta? Tidak ada. Keduanya sama-sama belum berhasil menyelesaikan masalah. Maka sebaiknya, beliau yang sedang cuti dari jabatan Gubernur ini sebaiknya tidak memasukkan keberhasilannya di Jakarta sebagai bahan propaganda. Lebih baik beliau fokus saja pada konsep tol laut dan Revolusi Mental dalam kampanyenya.

Saya sempat tertawa ketika Adian Napitupulu dalam acara Mata Najwa mengklaim bahwa Sang Gubernur sudah berhasil mengatasi kemacetan karena berhasil mengurangi panjang kemacetan dari 19 km menjadi 12 km. Bukan masalah 19 atau 12 km, atau berapa pun panjangnya, yang pasti kemacetan masih ada. Dua belas kilometer jelas bukan jarak yang pendek untuk kemacetan. Ibarat seseorang dengan bobot 150 kg hendak menjalankan program diet. Bisa dibilang berhasilkah Ia ketika dia berhasil menurunkan bobotnya menjadi 140 kg?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline