[caption id="attachment_389986" align="aligncenter" width="700" caption="Air Asia Indonesia dengan pesawat jenis Airbus A230 "][/caption]
Saya adalah pelanggan AirAsia yang menggunakan jasa penerbangan itu dengan tujuan Jakarta-Surabaya dan sebaliknya sejak 2010 silam. Jujur saja saya sangat prihatin dengan kenaikan harga tiket untuk semua maskapai dengan awal kambing hitam peristiwa kecelakaan Air Asia QZ8501 (28/12/2014) yang berujung pada LCC. Kebijakan Jonan tentang pembatasan tarif bawah maskapai penerbangan seakan-akan mengatakan bahwa kecelakaan yang menimpa Air Asia disebabkan karena harga tiket yang murah. Jika anda tidak bisa memahami suatu hal, bukan berarti hal tersebut tidak masuk akal. Sekarang coba simak penjelasan mengenai hal ini.
Apa Itu LCC (Low Cost Carrier )?
LCC adalah redifinisi bisnis penerbangan dengan prinsip low cost untuk menekan operational cost sehingga bisa menjaring semua segmen pasar dengan layanan minimalis. Namun tidak membuat airlines yang menerapkan LCC menjadi murahan dan lemah pada segi keselamatan (safety). LCC sering juga disebut sebagai Budget Airlines atau no frills flight atau juga Discounter Carrier.
Sejarah Singkat Low Cost Carrier
Low Cost Carrier ini dirintis oleh maskapai Southwest yang didirikan Rollin King, Lamar Muse dan Herber Kelleher pada 1967. Fenomena ini menjadi kajian bisnis penerbangan yang sangat menarik dibahas di universitas Harvard dan diberbagai sekolah bisnis diseluruh belahan dunia. Efisiensi yang dilakukan mencakup harga murah, teknologi, struktur biaya, rute hingga berbagai peralatan operasional yang digunakan. Keberhasilan Southwest kemudian banyak ditiru oleh maskapai lain di seluruh dunia termasuk Indonesia.
[caption id="attachment_390039" align="aligncenter" width="700" caption="Southwest Airlines 1967"]
[/caption]
Beberapa Gambaran Spesifik LCC
Bagaimana AirAsia bisa disebut LCC airlines? ... baiklah berikut ini beberapa hal spesifik yang bisa menjelaskan seperti apa LCC.
Saat last flight dari Jakarta-Surabaya, maskapai akan mengistirahatkan awak pesawatnya dengan menginap di hotel. Itu tentu saja butuh biaya, biaya hotel, transportasi, makan, uang saku, dsb. Maskapai yang menerapkan LCC meniadakan fasilitas itu, mereka membuat jadwal operasional penerbangan sedemikian rupa sehingga awak pesawat yang bertugas pada last flight bisa kembali ke kota asal mereka, ke rumah masing-masing, tidak perlu biaya hotel untuk beristirahat saat menanti tugas selanjutnya. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan strategi lain, misalnya maskapai yang bersangkutan menyediakan mess bagi awak pesawat sebagai pengganti hotel. Adakalanya awak pesawat melakukan multi role dalam pekerjaannya, misalnya (pilot dan flight attendant) merangkap sebagai cleaning service saat ground handling. Menerapkan outsourching dan karyawan kontrak terhadap SDM non vital. Rute yang sangat sederhana biasanya point to point untuk menghindari missed connection di tempat transit. Mengeleminasi value added berupa catering (hanya diberi air mineral), koran atau majalah, in flight entertainment, in flight shop, lounge, free cab after landing, exclusive frequent flier services, dsb. Maskapai menerapkan pola tarif yang sangat sederhana pada satu tarif atau tarif sub classis dengan harga diskon hingga 90%. Sistem penjualan tiket langsung (direct sales) dengan cara online 90% dan konvensional (di tempat) 10% untuk mereduksi ongkos cetak tiket. Hanya tersedia kelas ekonomi, tidak ada kelas premium atau bisnis. Kapasitas penumpang lebih besar namun sesuai dengan jumlah kursi yang tersedia. Hal ini untuk menaikkan revenue maskapai mengingat tarif yang sangat murah. Mereka mengatur hal seperti ini dengan baik dan rapi agar bisa memangkas banyak biaya operasional. Salah besar jika ada yang berpendapat, LCC lebih mengutamakan keuntungan daripada keselamatan. Tidak ada yang bisa dipangkas dari segi keselamatan (safety), kecuali ada maskapai yang "nakal".