Internet dan media sosial telah melahirkan dunia baru kesusastraan yang bertumpu pada teknologi ini. Dengan kata lain, bentuk dan karya sastra berkembang bersamaan dengan perkembangan teknologi internet dan media sosial. Kemajuan ini sering disebut sebagai sastra digital yaitu menggunakan media secara online atau internet dalam mempublikasikan karya sastra.
Hal ini semakin berkembang pada masa pandemi Covid-19, dimana semakin berkembang penggunaan internet sebagai media pembelajaran dan aktualisasi dalam berkarya seni, dalam hal ini sastra.
Guru, dosen, siswa dan mahasiswa sering memanfaatkan kemajuan teknologi ini dengan menulis puisi-puisi atau memberikan tugas-tugas sastra.
Sastra yang selama ini dimonopoli oleh media cetak seperti koran, buku, dan majalah telah bergeser menjadi sastra digital. Para milenial atau generasi kekinian mulai banyak menulis kreativitasnya di blog, facebook, whatsapp, Instagram, dan banyak lagi aplikasi yang lain. Dan kemudian lahir banyak komunitas sastra di media sosial tersebut.
Sastra semakin cair
Kalau pada masa lalu, sastra dinilai sebagai sesuatu yang berat dan sulit diakses, maka pada jaman digital saat ini sastra lebih mudah dinikmati. Sastra digital memungkinkan diakses oleh siapa saja dan tidak terbatas.
Bagi penulis, amat mudah dalam menyebarkan dan membagikan karyanya, sehingga lebih cepat dalam menerima umpan balik dari pembacanya. Penulis milenial bisa menyajikan karyanya dengan sangat cair, artinya menggunakan gaya kekinian yang dapat dengan mudah dinikmati oleh pembaca dan penikmat.
Publikasi ide kreatif
Ide kreatif dalam sastra semakin mudah disebarkan, karena tidak perlu melalui editor media cetak yang seringkali sulit ditembus. Karena sesungguhnya sebuah karya sastra akan bernilai jika dapat dibaca secara luas, dinikmati nilai seninya, dan pada akhirnya bisa bermanfaat bagi kehidupan pembaca.
Sastra digital memungkinkan karya sastra menjadi milik masyarakat, sehingga menghubungkan antara penulis dengan masyarakat melalui logika dan pemikiran kritis. Dengan demikian sastra harus terus dihidupkan melalui ruang digital.
Logika dan pemikiran kritis antara penulis sastra dan pembacanya dapat menumbuhkan sikap kepedulian, solidaritas, dan sebagai sarana ekspresi yang lepas dari tekanan.