Asa untuk Likupang (gambar: pegipegi)
Dari 5 destinasi wisata super prioritas yang dicanangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), yakni Borobudur, Danau Toba, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang, yang disebut terakhir adalah yang paling asing. Jujur, kalau saja namanya tidak bersileweran di laman sosmed akhir-akhir ini, saya yang nyaris seumur hidup tinggal di Sumatera ini tidak pernah tahu ada tempat bernama Likupang nun jauh di Sulawesi sana.
Dari namanya saja, Likupang ini sudah membuat penasaran. Hasil berselancar di internet, banyak versi yang beredar terkait asal muasal Likupang. Namun versi mana pun, semuanya kompak menyebut bahwa dulunya daerah ini disebut Linekepan. Menurut bahasa Tounsea, kata 'Linekep' berarti 'tenggelam'. Konon, daerah yang berada di wilayah paling utara di Minahasa ini memang sering tenggelam oleh pasang surutnya air laut.
Saya kian penasaran menguak potensi yang digadang-gadang sebagai hidden paradise of North Sulawesi alias surga tersembunyi ini di Sulawesi Utara ini. Apalagi, ditetapkannya Destinasi Super Prioritas - DSP Likupang ini berdasarkan instruksi langsung dari Presiden RI Joko Widodo.
Likupang menawarkan pesona alam luar biasa dengan luas daerah sekitar 200 hektare. Pantai Paal Marinsouw dan Pantai Pulisan sepertinya akan menjadi primadona di sana. Hamparan pasir putih di kedua pantai tersebut mengingatkan saya pada Pantai Panjang, tempat saya menghabiskan masa kecil saya di kota Bengkulu. Namun Pantai Panjang jelas tidak punya view perbukitan dan Padang savana seperti halnya yang ada di Likupang ini.
Selain itu, Likupang juga menjanjikan keindahan Pulau Lihaga dan Pulau Gangga. Perbukitan nan eksotis, birunya air laut, pesona terumbu karang, beragamnya biota laut, hingga hijaunya hutan bakau menjadikannya laksana surga. Bahkan saya rasa, kita tak perlu sampai diving atau snorkeling segala (meski di sana sudah tersedia fasilitasnya untuk kegiatan ini), cukuplah dengan duduk diam. Merasakan buai angin, menghitung debur ombak, mendengarkan nyanyian burung dan canda tawa anak-anak di sana sepertinya sudah mampu membius kita ke dalam kedamaian hidup.
Sekeping surga itu benar telah nyata kita miliki. Bagian dari wonderful Indonesia yang telah lama tersembunyi. Surga yang membuat kita merasa cukup di Indonesia Aja, tak perlu kemana-mana lagi.
***
Meski demikian, rupanya saya tidak bisa membohongi diri. Tidak bisa dipungkiri, pesona Likupang bukan hanya mampu menimbulkan decak kagum di sanubari, namun juga justru membangkitkan rasa ngeri.
Mampukah kita menjaganya? Akankah kita bisa merawatnya dengan bertanggung jawab?