Lihat ke Halaman Asli

Arako

TERVERIFIKASI

Freelancer

Mencicip Barobbo, Bubur Jagung Khas Bugis di Pelosok Sumsel

Diperbarui: 4 Oktober 2018   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barobbo, bubur jagung khas suku Bugis. (Foto: Tribun Timur/Sakinah Sudin)

Mengemban tugas dari Badan Restorasi Gambut (BRG), akhir September 2018 lalu saya dan tim berangkat menuju Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan. 

Butuh waktu 3,5-4 jam perjalanan air menggunakan speedboat dari Kota Palembang untuk sampai di sana. Ini perjalanan kedua kami setelah sebelumnya ke sana pada pertengahan Agustus.

Sampai di Lalan, ada tiga desa yang harus disambangi. Namun saya sangat terkesan dengan desa yang kami kunjungi di hari kedua, Desa Sri Gading. Di desa ini, kami menginap di rumah orang tua Sekretaris Desa setempat. Pak Haji, demikian orang-orang di sana akrab menyapa beliau.

Pak Haji sudah tua. Prediksi saya tidak kurang dari 70 tahun. Tapi entah kenapa masih terlihat gagah dan enerjik. Beliau ramah sekali. Mudah tersenyum dan gampang tertawa.

Selain punya sawah dan kebun sawit serta kelapa, beliau juga punya usaha penggilingan padi. Tepat di sebelah rumahnya dibangun lapangan voli, sarana olahraga sekaligus hiburan rakyat di dusun yang listriknya terbatas dan cuma menyala malam hari.

Lapangan voli di samping rumah Pak Haji | Dokpri

Beberapa jam setelah makan malam. Bu Haji menawarkan pada kami yang masih bercengkrama di teras, "Ada yang mau barobbo?"

Kening saya berkerut. Belum pernah mendengar kata itu sama sekali. Bahkan sempat missheard dan salah sebut dengan "barogo" dan "baroko" (maklum, saya tahunya cuma Burgo). Bu Haji dengan sabar mengoreksi sampai kami semua bisa melafalkan dengan tepat: Barobbo.

Barobbo, bubur jagung khas suku Bugis | coockpad.com

Penasaran, saya pun antusias mengiyakan. Tak peduli perut perut yang masih kenyang oleh sajian makan malam. Tak lama, Bu Haji keluar membawa nampan dengan mangkuk-mangkuk yang tampaknya berisi sejenis sup berwarna kuning.

Mangkuk-mangkuk itu masih mengepulkan asap. Liur saya langsung terangsang dengan aroma khas jagung dan kaldu yang menguar di udara.Saya pun jatuh cinta pada Barobbo sejak suapan pertama. 

Sambil makan, kami didongengi Bu Haji tentang Barobbo. Barobbo sendiri adalah bubur jagung khas Suku Bugis, Sulawesi Selatan.

Barobbo berbahan dasar jagung yang dimasak dengan kaldu dan sayuran. Disajikan dengan pelengkap sambal dan taburan bawang goreng. Rasanya lezat sekali.

Andai saya belum makan malam, saya yakin bakal nambah. Tapi malam itu hanya makan sedikit saja, faktor kekenyangan. Saya berharap besok pagi Barobbo masih ada. Sepertinya enak kalau untuk sarapan.

Barobbo ala Bu Haji | dokpri

Meski demikian, Bu Haji bilang Barobbo buatannya malam itu tidak dibuat dengan resep asli turun-temurun keluarganya yang asli Bugis. "Ini barobbo-barobboan. Kalau yang asli itu pakai udang dan dicampur sayuran. Umumnya bayam. Tapi di sini susah cari udang, terus bapak sama anak-anak kurang makan sayur. Jadi ini cuma pakai ayam."
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline