Lihat ke Halaman Asli

Arako

TERVERIFIKASI

Freelancer

Korupsi Sumber Tulisan, Selangkah Lagi Menuju Plagiarisme

Diperbarui: 28 Maret 2018   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Korupsi Sumber, Selangkah Lagi Menuju Plagiarisme (ilustrasi : anneahira.com)

Barusan melintas status seseorang yang --setelah saya intip profilnya sekilas-- kaya'nya sih penulis. Tapi saya tidak kenal dan tidak berteman. Status itu melintas karena di-share seorang teman yang penulis juga.

Statusnya keren, dan panjang. Cerita dan pengalaman soal penghasilan dan seluk beluk seorang penulis. Tapi yah, seperti yang saya duga ... Status itu bukan tulisan dia. Di akhir status dia tulis "sumber : Kompasiana".

Judul yang sudah berganti dari tulisan asli (screenshoot pribadi)

Sementara itu, nama penulis aslinya yang jelas-jelas tertera di akun Kompasiana di mana tulisan awal berada ... ga disinggung sama sekali. Saat saya telusuri, tulisan itu aslinya ternyata berjudul "Penghasilan Penulis Indonesia, Berapa?"karya Pak Bambang Trim tahun 2014 silam.

Saya tidak tahu ada berapa total kompasianer (penulis dan pemilik akun Kompasiana) saat ini, tapi saya yakin angkanya sudah mencapai angka puluhan (atau malah ratusan) ribu. Dengan fakta demikian banyaknya Kompasianer ini, lalu kemudian hanya mencantumkan "sumber : Kompasiana", kok gimana ya ... rasanya kurang sreg saja, begitu.

Sama seperti ketika dibawain pecel lele enak oleh seseorang, terus kita nanya beli dimana (karena pengen beli sendiri saking enaknya), terus dijawab sama yang bawa "di pinggir jalan." Tanpa mau menjelaskan sama sekali pinggir jalan apa sebalah mana. (Apa sih ini analoginya? :D ).

Mungkin kalo ybs berasal dari kalangan yang awam dengan dunia literasi, saya masih maklum. Tapi ketika yang melakukannya sesama penulis, saya berpikir itu hanya sedikit lagi menuju tindak plagiarisme.

Berawal dari mengorupsi sumber tulisan, tapi tetap menikmati segenap respon yang didapat. Dalam kasus yang saya bahas ini, si pembuat status mendapat cukup banyak react dan komentar "izin share ya".  

Perasaan ini, kalau terus dipupuk bisa bikin kecanduan lho. Ya nggak usah munafik lah, pasti ada rasa senang-senang gimanaaa gitu kalau postingan kita menuai banyak respon, kan? Apalagi saat di tengah kesuntukan dan kesesakan masa-masa deadlock jelang deadline.

Kalau orang-orang di jaringan pertemanannya tahu kalau ybs jelas jelas penulis yang punya akun di kompasiana juga, misalnya. Tentunya akan sangat mudah terjadi kesalahpahaman, berpikir kalau itu memang tulisan asli si pembuat status (padahal cuma copast). Dibagikan sekian banyak orang, dipuji sana-sini karena memang tulisan itu bagus. Kebanggaan semu semacam ini lho yang sering sekali meracuni nurani para plagiator.

Pertama mungkin copast cuma nulis "sumber : Kompasiana", terus besok copast lagi "sumber : Mbah Google", besoknya copast lagi juga "sumber : Internet". Besok-besok-besok-besoknya lagi apa coba? "Sumber : alam semesta"?

Balik lagi ke status orang ini, yang menarik perhatian banyak audience. Bagaimana kalau salah satu dari mereka ternyata ikut-ikut copast untuk disebar di grup-grup WA atau line ... lalu di ujung nulisnya cuma "sumber : status temanku". Terus makin tersebar lagi, lagi, dan lagi, dan jangan heran sumbernya terus sudah berubah lagi jadi, "dari grup sebelah".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline