Lihat ke Halaman Asli

Arai Amelya

heyarai.com

Para Kartini Juru Selamat Bumi dari Ujung Samudera

Diperbarui: 20 Juni 2024   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu-Ibu Lenggoksono memilah sampah plastik/dokpri

Siang itu sejatinya matahari bersinar lumayan galak. Namun sekumpulan Ibu-Ibu Dasawisma RT 02/RW 01 di Dusun Lenggoksono, Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang ini seolah tak peduli.

Mereka dengan santai duduk di atas terpal sambil memotong-motong sampah-sampah plastik yang sudah dicuci bersih dengan gunting, hingga menjadi persegi seukuran kuku. Tangan mereka begitu cekatan mengumpulkan potongan-potongan kecil sampah plastik itu, lalu dimasukkan ke dalam botol-botol bekas air mineral atau bekas minyak goreng. Setelah satu botol sudah penuh, mereka lanjut mengisi ke botol-botol lainnya.

Sesekali terdengar keluhan dari mulut para Ibu-Ibu itu mengenai sampah plastik yang belum dicuci bersih. Atau mungkin terdengar dendangan lagu dangdut koplo selazimnya masyarakat kabupaten, sambil sesekali tergelak. Kulit-kulit sawo matang mereka sudah mulai berpeluh, sehingga aku tak menyalahkan beberapa di antaranya yang memakai topi.

"Jadi tiap hari Sabtu itu kami Ibu-Ibu Dasawisma memang kumpul di pinggir jalan gini, sambil bawa sampah-sampah plastik dari rumah. Seharusnya lebih pagi tapi mungkin ini karena lagi sibuk masak, ya. Tapi nggak apa-apa, yang penting bisa nambah persediaan ecobrick," cerita Hartining dan Yati bergantian padaku.

Aku terdiam mendengarnya. Ada rasa takjub yang muncul di benakku.

Bagaimana bisa Ibu-Ibu di salah satu dusun paling ujung Kabupaten Malang ini sudah sangat memahami cara daur ulang sampah plastik lewat ecobrick? Sadarkah mereka kalau kegiatan rutin ini membuat mereka menjadi lebih dari sekadar perempuan biasa?

Ya, mereka adalah perempuan pengubah peradaban.

Langkah Kecil Perempuan Lenggoksono Untuk Pembangunan Berkelanjutan Indonesia

Ibu-Ibu Dasawisma di Lenggoksono membuat ecobrick/dokpri

Secara geografis, Dusun Lenggoksono memang sangat jauh dari pusat Kota Malang. Kalian setidaknya butuh perjalanan darat lebih dari dua jam untuk mencapai kampung ini. Melintasi perbukitan dan jalanan yang tak selamanya beraspal adalah hal-hal yang bakal ditemukan sebelum akhirnya mencapai dusun di ujung Teluk Bowele (Bolu-Bolu, Wedi Awu, Lenggoksono) ini.

Namun dengan segala keterbatasan yang dimiliki, masyarakat Lenggoksono termasuk kaum perempuan, menolak tertinggal. Mereka mungkin tidak memiliki gelar-gelar sarjana di belakang nama panjangnya, atau mengikuti sejumlah seminar mengenai lingkungan. Namun kebiasaan sederhana seperti memilah sampah plastik di dapur dan mengolahnya menjadi ecobrick, tanpa sadar meletakkan para perempuan-perempuan Lenggoksono sebagai generator utama pembangunan berkelanjutan di lingkungannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline