Hai, apa kabar?
Tanpa terasa, bulan Ramadan sudah memasuki hari ke-20. Tak perlu malu mengakuinya kalau kalian sudah harap-harap kapan THR (Tunjangan Hari Raya) bakal cair. Atau mungkin senang mengetahui tinggal 10 hari lagi harus berpuasa, dan kemudian bisa bebas menyantap opor ayam dan aneka jajan di meja itu.
Aah, manusia memang sangat unik. Ingin menampilkan yang terbaik di media sosial soal upgrade diri mereka selama Ramadan, tapi dalam kenyataannya aku tahu kalau kalian juga begitu suka rebahan di atas kasur. Tenang, rahasia kalian aman bersamaku.
Bersama aku, si kulit, organ terluar dari tubuhmu yang selama ini menjadi garda terdepan kalau terkena debu, terkena panas matahari, terkena hujan dan udara dingin menggigil, hingga bersentuhan dengan permukaan benda atau sesuatu yang menjijikan.
Namun bisakah kalian mendengarkan ceritaku?
Cerita yang kurasa tidak akan butuh waktu lama untuk kalian baca di sela-sela mengintip jam yang menitnya seolah tak bergerak itu.
Ya, aku tahu aku tidak seperti lambung yang hampir setiap jam bekerja itu. Aku paham kalau lambung si elastis yang ukurannya mengecil saat puasa itu memang mengeluarkan banyak sekali asam dan bekerja jauh lebih keras, saat kalian berbuka dengan rakusnya. Namun aku juga tidak seperti hati yang bisa beristirahat panjang selama 12 jam saat kalian berpuasa, karena tidak ada jobdesk untuk memecahkan senyawa racun maupun glukosa.
Aku adalah kulit yang juga merasakan dampak tersendiri.
Saat kalian berpuasa dan cadangan cairan dalam tubuhmu itu berkurang, aku pun menjadi kering seperti tanah Gunungkidul di musim kemarau. Kalau aku dibiarkan kering seperti ini dan kalian terus-menerus mengajakku bekerja melewati jalanan yang penuh polusi lalu diam di dalam ruangan ber-AC selama Ramadan, aku bisa menjadi kusam dalam waktu singkat dan mudah terluka saat terkena goresan.
Jadi, cobalah berbaik hati padaku.