Lihat ke Halaman Asli

Arai Amelya

heyarai.com

Menggoyang Kenangan, Mengecap Pedas Lezat si Ayam Merangkat

Diperbarui: 23 Februari 2022   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah si Ayam Merangkat (Dokpri)

Akhir-akhir ini, sepertinya pemberitaan media mengenai kawasan Mandalika dan tentunya Lombok semakin ramai saja. Tak ada yang menyalahkan memang. Apalagi ketika para pebalap MotoGP dari seantero dunia menderu motor-motor mereka di Sirkuit Internasional Mandalika untuk tes pramusim MotoGP 2022 pada 11-13 Februari lalu, praktis nama Lombok dan Mandalika menjadi bahan perbincangan.

Saya bisa menduga bahwa kondisi serupa akan kembali terjadi pada bulan Maret mendatang. Tinggal menunggu waktu bagaimana Lombok dan juga sang 'putri kesayangan' mereka yakni Mandalika akan jadi bahan perbincangan di media sosial dan menguasai media-media konvensional lainnya.

Aah, Mandalika.

Saya mungkin bisa dibilang menjadi salah satu yang amat sangat beruntung, mengingat pernah menjejakkan kaki di dalam Sirkuit Internasional Mandalika. Menjajal jalur aspal yang luar biasa mulus (untuk ukuran awam seperti saya) pada awal Desember 2021 lalu. Yap, keberuntungan saya karena terpilih sebagai salah satu Kompasianer yang menghabiskan waktu lima hari di Lombok dalam event Kemenparekraf, membuat saya begitu terpesona pada Mandalika.

Tak hanya kenampakan alamnya, saya bisa dibilang juga jatuh hati pada masyarakat dan kulinernya.

Dan ketika perbincangan soal Mandalika ini terus-menerus didengungkan, mau tak mau saya kembali ke hari-hari ketika menyantap Ayam Merangkat, salah satu kuliner Lombok yang begitu saya sukai.

Tambang Pasir yang Jadi Kawasan Healing

Biasanya kalau bicara soal kuliner khas Lombok, banyak di antara kita yang akan menyebutkan Ayam Taliwang, Nasi Balap Puyung dan tentunya Sate Rembiga yang luar biasa enak itu. Namun ketika saya berkunjung ke Lombok bersama 10 Kompasianer pada akhir tahun 2021 lalu, Ayam Merangkat juga sukses membuat saya terpikat.

Yang menarik, Ayam Merangkat ini tersaji berkat usaha rekan-rekan Kompasianer lainnya saat berada di Desa WIsata Hijau (DWH) Bilebante, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Berjarak sekitar 45 menit dari Bandara Internasional Lombok dan sekitar 1,5 jam dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, saya baru tahu jika Bilebante adalah bekas tambang pasir.

Sempat menjadi kawasan yang banyak ditemukan penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) akibat penggalian pasir tumpahan Gunung Samala, Bilebante kini sudah berubah bak terkena sihir. Berkat Peraturan Desa untuk menutup area penambangan pasir dan pembangunan di area pertanian pada tahun 2014 silam, Bilebante berubah menjadi desa wisata yang cocok untuk healing.

Kompasianer yang ikut cooking class di Bilebante (Dokpri)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline