Lihat ke Halaman Asli

Komunitas Sampah Muda: Bantu Masyarakat Mengubah Sampah jadi Berkah

Diperbarui: 19 Oktober 2017   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reanes Putra (26) mejadi pembicara di Sekolah Pintar DAS di Pagersari. (Foto: Rais Wildan/Mercy Corps Indonesia)

Siang itu di Desa Keji, seorang pemuda duduk berjongkok di depan kran air sambil memegang popok sekali pakai bekas. Para ibu dan bapak dari desa tersebut berdiri mengelilinya dengan wajah penasaran. "Popok ini dicuci dulu ya Bapak dan Ibu, setelah itu digunting, dan dikeluarkan gel-nya," terangnya tanpa merasa jijik sama sekali. Pemuda tersebut adalah Reanes Putra Tito Magarwi (26) dari Sampah Muda, sebuah start up berbasis website yang membantu masyarakat menyalurkan sampah di rumah/kantor masing-masing kepada para pengepul. Para pemilik sampah ini yang disebut "customer" akan diberikan imbalan berupa uang atas sampah yang mereka berikan pada para agen penjemput sampah. Agen inilah yang akan mengantar sampah ke gudang Sampah Muda di Leyangan. Sampah yang telah terkumpul ini kemudian akan dikirim ke pabrik untuk diolah kembali. Kali itu ia sedang menjadi pemateri di Sekolah Pintar DAS yang diadakan Mercy Corps Indonesia sebagai bagian dari program TRANSFORM.

Reanes mengungkapkan ketertarikannya terhadap masalah sampah dimulai dari usahanya mengumpulkan sampah kertas untuk dijual kembali ke pabrik. Dari situlah kemudian ia berpikir bahwa sampah adalah sebuah masalah yang sangat rumit dan bukan soal berjualan saja. Ia berharap bisa memberikan informasi dan edukasi ke masyarakat tentang pentingnya mengelola sampah. "Saya berharap dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat," ujarnya. Pada tahun 2016, Reanes mendirikan Sampah Muda bersama salah seorang rekannya. Dengan berbasis website www.sampahmuda.com, komunitas ini telah berhasil membayar sebanyak Rp 29,1 juta kepada para customer dengan total berat sampah mencapai 27 ton. Menurut Reanes, jumlah tersebut tentu masih sangat sedikit dibandingkan dengan total sampah yang dihasilkan Kota Semarang yaitu 1.000 ton per hari.

Sampah Muda, yang saat ini berkantor di Impala Space, Kota Lama Semarang, berharap bisa mengembangkan metode kerja mereka dalam menangani sampah. Salah satunya adalah dengan mengadakan workshop mengubah sampah menjadi barang yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Menurutnya, masyarakat akan tertarik untuk berpartisipasi mengolah sampah jika sudah merasakan manfaatnya baik berupa uang maupun kegunaan barang hasil daur ulang itu sendiri.  

Kesempatan menjadi pembicara di Sekolah Pintar DAS dimanfaatkan Reanes untuk memahami permasalahan di level masyarakat. (Foto: Rais Wildan/Mercy Corps Indonesia)

Tantangan terbesar dalam mengembangkan Sampah Muda adalah membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah di tempat masing-masing. Menurutnya masih banyak orang yang belum paham manfaat dari memisahkan sampah berdasarkan jenisnya dan bahkan masih banyak yang membuang sampah sembarang. Perilaku membuang sampah sembarangan inilah yang tampak di beberapa desa yang didampingi oleh Mercy Corps Indonesia dalam Sekolah Pintar. Banyak dari desa tersebut yang sudah memiliki bank sampah, namun sayang pengelolaannya belum maksimal. Menurut pengamatan Reanes sendiri, Desa Kalisidi mempunyai potensi yang besar mempelopori gerakan "sampah tuntas di tempat" dengan tidak membangun TPS. Artinya bahwa sampah tidak dianggap sebagai sampah namun bisa dimanfaatkan lagi. 

Keterlibatan Sampah Muda dalam program TRANSFORM merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat serta upaya meningkatkan kerjasama antar wilayah Kota dan Kabupaten Semarang. Adanya kolaborasi para pihak seperti inilah yang dirasa dapat mendukung suksesnya upaya konservasi lingkungan hidup dan mitigasi bencana.

Dwirahmi S.

Project Officer - Communication and Outreach for TRANSFORM

Mercy Corps Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline