Lihat ke Halaman Asli

Ajeng Arainikasih

Scholar | Museum Expert | World Traveller

Perang Dunia 2 dan Tiga Versi Narasi di Museum Thailand

Diperbarui: 15 Februari 2021   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

olah pribadi

Swasdi!*

Siapa yang pernah dengar tentang death railway? Kalau bahas Perang Dunia 2 dan Thailand, pasti identik dengan death railway yang dibangun di Thailand dan Myanmar oleh Jepang dengan menggunakan tenaga manual para pekerja paksa dan tawanan perang. Padahal, Thailand di Perang Dunia 2 ternyata adalah sekutu alias teman Jepang! Lalu, narasi museum-museum di Thailand bagaimana? 

Singkat cerita, di awal Perang Dunia 2 Thailand berusaha tetap netral. Namun, Jepang ingin memasuki wilayah Thailand sebagai jalan untuk menginvasi Burma (Myanmar) dan Malaysia. Jepang mengultimatum dan sempat menyerang Thailand selama 5 jam di bulan Desember 1941. Akhirnya, Thailand setuju untuk menjadi sekutu Jepang dan mengizinkan Jepang memasuki wilayahnya untuk keperluan perang. 

Hubungan mereka bilateral, sejajar. Thailand bukan negara boneka Jepang seperti Manchukuo. Namun, pemerintah Thailand terbagi atas 2 fraksi. Ada yang pro-Jepang namun ada pula pihak yang pro-Sekutu dan anti-Jepang. Pihak yang kontra kemudian membentuk Free Thai Movement dan menjadi mata-mata untuk Sekutu serta melakukan sabotase-sabotase terhadap Jepang. Oleh karena "jasa" Free Thai Movement inilah maka Thailand tidak menghadapi konsekuensi/hukuman yang berat pasca Perang Dunia 2. 

The JEATH War Museum, Thailand-Burma Railway Centre, Hellfire Pass Interpretive Centre and Memorial Walking Tour, Kanchanaburi dan Baan Hollanda, Ayutthaya

Selama perang, Jepang membangun jalur kereta api dari Thailand ke Myanmar. Pekerjanya adalah 100.000 pekerja paksa dari Cina, India, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Serta 30.000 tawanan perang berkebangsaan Inggris, Belanda, Amerika dan Australia. 

Para pekerja banyak yang meninggal karena beratnya pekerjaan (bekerja 18 jam sehari). Mereka juga disiksa oleh Jepang, kelaparan, ataupun terkena penyakit disentri dan kolera, hingga jalur ini dikenal dengan nama death railway. Jalur kereta membentang dari Nong Pladuk Ratchaburi Pass ke Kanchanaburi dan memasuki perbatasan Burma di Sangkhlaburi. Total panjang jalur kereta adalah 263 km di Thailand dan 152 km di Burma (total 415 km). 

Salah satu medan paling berat adalah Konyu Cutting atau Hellfire Pass di daerah Kanchanaburi (Thailand). Keseluruhan jalur kereta ini selesai dibangun dalam waktu 16 bulan. Kini, rute kereta hanya dibuka antara Bangkok dan Nam Tok Sai Yok Noi. 

Museum-museum mengenai death railway ini tampaknya merupakan yang paling dikenal terkait sejarah Perang Dunia 2 di Thailand. The JEATH War Museum (didirikan tahun 1977) adalah singkatan dari Jepang, England, Australia/America, Thailand dan Holland. Museumnya semi terbuka di bangunan yang juga semi permanen untuk menunjukkan model bangunan bambu tempat tinggal para pekerja paksa/tawanan perang. 

Museum juga memamerkan foto-foto, lukisan, dan peralatan yang mengilustrasikan kehidupan para pekerja paksa dan tawanan perang dalam proses pembangunan jalur kereta. Ada pula display bom-bom sisa-sisa perang. Walaupun demikian, museum tidak bermaksud untuk menebar kebencian, justru ingin mempromosikan perdamaian dunia di kemudian hari dari pelajaran perang yang sudah lewat. 

Museum lain yang membahas death railway adalah Thailand-Burma Railway Centre, Kanchanaburi. Museum menceritakan mengenai sejarah death railway dengan cukup lengkap. Dimulai dari display rekonstruksi jembatan kayu sebagai jalur kereta, lalu museum menceritakan secara singkat mengenai latar belakang perang dan asal usul para pekerja paksa serta tawanan perang. Kemudian, museum membahas mengenai perencanaan, teknik konstruksi jalur kereta dan logistik yang dimiliki Jepang. Museum juga menggambarkan rute jalur kereta dan lokasi kamp pekerja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline