Lihat ke Halaman Asli

Ketika Giring Nidji Kritisi FFI 2010...

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12916534772094684149

Tak ada yang aneh ketika Nidji akan mengawali penampilannya di panggung FFI 2010 yang disiarkan langsung RCTI. Giring, sang vokalis, mengawalinya dengan mengucapkan keprihatinan atas begitu banyaknya bencana menimpa negeri ini. Ia pun menyambung dengan kalimat insan bahwa perfilman Indonesia telah unjuk kepedulian untuk meringankan beban saudara-saudara kita di daerah bencana. "Dan tetaplah yakin, bahwa Tuhan Maha Cinta." Begitu kata Giring menyebut judul lagu yang akan dinyanyikan Nidji. sambil memberikan kode kepada rekan-rekannya untuk memainkan instrumen musik. Tak berselang lama, Giring terlihat membuka satu persatu kancing kemeja dengan ornament yang khas. Sejurus kemudian, ia melepas kemejanya. Dan tampaklah sebuah kaos dengan gambar sedikit 'mengejutkan'. Mungkin akan sangat mengejutkan untuk para penyelenggara FFI dan para juri FFI. Karena gambar dari sang vokalis intrinsik itu menyajikan gambar Kyai Achmad Dahlan dengan tulisan 'Sang Pencerah'. Meskipun kamera beberapa kali menghindari pengambilan gambar close up, tapi penonton di rumah rasanya bisa menangkap dengan jelas gambar tersebut. Aksi Giring tak berhenti disini. Setelah bintang Lux baru, Atiqah Hasiholan, muncul di panggung dengan sedikir grogi, Giring mengarang ke standing mic yang telah terpasang spanduk kecil. Sambil menyanyi dengan ekspresif, tangan Giring menarik spanduk kecil itu. Terpampanglah sebuah tulisan yang saya yakin cukup membuat pihak penyelenggara FFI berkeringat dingin. 'FILM NASIONAL ADALAH INPIRASI BANGSA'. Begitu kurang lebih tulisan spanduk kecil itu. Tulisan itu jelas merujuk ke film karya Hanung Bramantyo yang dipuji banyak pihak karena mampu menebar banyak inspirasi positif kepada penonton. Namun uniknya, KFFI tak meloloskannya sebagai 10 film yang laik dinilai dewan juri FFI. Rasanya, apa yang dilakukan Giring mewakili kekecewaan publik pecinta dan para kritikus film Indonesia terkait tidak diloloskannya 'Sang Pencerah' di ajang FFI. Pernyataan para pihak penyelenggara FFI tidak mampu menjawab rasa penasaran dan ketidakpercayaan publik atas ketidaklolosan film dengan akting paripurna seorang Lukman Sardi. Penilaian KFFI bahwa film ini sebagai film sejarah yang tidak utuh dijawab dengan lugas oleh wartawan senior Gunawan Muhamad melalui account twitter-nya sebagai alasan unik. Karena menurutnya tidak ada film sejarah yang memang utuh. Bahkan seorang wartawan senior (saya lupa namanya) yang saya kutip dari berita Majalah Tempo, menyebutkan keheranannya mengapa KFFI tidak mempertimbangkan sinematografi, tata music, dan akting para pemainnya yang luar biasa bagus dalam film 'Sang Pencerah'. Dan sampai sekarang, publik masih dibuat bingung mengapa film dengan begitu banyak inpirasi dan pencerahan tidak lolos seleksi awal. Semoga penyelenggaraan FFI 2010 akan memberikan pelajaran berharga kepada para pihak pengelenggara sehingga aura Piala Citra kembali membanggakan insan perfilman Indonesia. Tidak seperti kondisi sekarang saat riuh FFI tak lagi membuat insan-insan perfilman bergairah untuk hadir pada malam puncak FFI. Dan jika dibiarkan, tak mustahil kritikan-kritikan ala Giring Nidji terus berkembang liar yang mungkin akan membuat Piala Citra semakin kehilangan auranya. ARW




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline