Lihat ke Halaman Asli

Dahsyatnya Kampanye Magnum

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12901824921928083375

Perempuan itu tidaklah menggambarkan kecantikan nan jelita seperti Asmirandah. Tidak pula mewakili kecantikan eksotis seperti Atiqah Hasiholan, bintang Lux baru. Rambutnya ikal. Mungkin usianya sekitar 40 tahunan. Sang perempuan memang tidak menampakkan kecantikan yang istimewa. Tetapi, tangannya memegang sesutu yang istimewa. Sebuah es krim berlapis coklat. Setiap kali sang perempuan menggigit es krim dengan sensasi bunyi yang sungguh menggugah selera, setiap kali itu pula serombongan prajurit kerajaan menghampirinya. Menyediakan kursi empuk. Meniupkan alat musik. Dan menjaga sang perempuan untuk terus menikmati keistimewaan es krim istimewa itu. Dari sang perempuan, kita seperti tersambung untuk merasakan betapa lezatnya es krim tersebut. Rangkaian cerita itu adalah sebagian adegan dari iklan magnum classic baru yang sering wara-wiri di layar kaca. Kampanye yang sukses mencitrakan dengan baik coklat Belgia. Coklat yang begitu extraordinary. Begitu pesan yang hendak disampaikan dan berhasil tersampaikan dengan baik kepada para penontonnya. Saya adalah salah satu yang merasakannya. Bahkan ketika awal-awal menyaksikan, saya 'harus' mengup date status di Facebook untuk sekedar mengobati rasa penasaran membayangkan kelezatan es krim tersebut. Esoknya, dengan niat yang bulat, saya menyengajakan diri datang ke sebuah supermarket untuk membeli 'sang' es krim. Dan hmmmm, lidah ini memang dibuat manja karenanya. Toh, saya semakin dibuat oleh kampanye es krim keluaran Walls ini. Pasalnya, saya ternyata bukan 'korban' satu-satunya. Saat silaturahim dengan ibu kost ketika kali pertama kerja, saya sedikit dibuat terbengong-bengong. Karena ibu kost yang usianya hampir 65 tahun itu, dengan penuh antusias mengingatkan sang anak yang akan pergi, untuk membelikan es krim. Dan itu adalah es krim magnum classic. Di hari lain, saya yang sedang hunting 'sang' es krim di sebuah minimarket, bertemu dengan dua perempuan yang bermaksud sama dan juga dengan antusiasme sama. Sayang, niat dan antusiasme kami belum kesampaian karena es krim nan lezat itu tidak tersedia. Cerita serupa pernah disampaikan seorang teman kantor. Beberapa minimarket dekat rumah yang ia datangi, tak jua menpertemukannya dengan es krim nan lezat itu. Ah, mungkin pihak Walls sedang ingin melipatgandakan rasa penasaran banyak orang yang tengah dimabuk iklan Magnum Classic baru yang hampir tiap jam menebar ajakan untuk menikmatinya. Dan bagi saya, rasa penasaran itu masih terus membesar. Tak terkecuali, ketika menyelesaikan tulisan ini. Lapisan coklat Belgia itu begitu terasa membelai lidah meskipun Magnum-nya masih tersimpan di lemari pendingin supermarket-supermarket. ARW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline