Lihat ke Halaman Asli

Sahabatku, Alam dan Bencana

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Video keadaan Kota Serambi Mekkah, Aceh sesaat setelah diporanda-porandakan oleh terjangan dahsyat tsunami selalu sukses membuat saya menangis membayangkan, bagaimana jika saya adalah salah satu orang yang mengalami dan berada di sana? Mungkin terdengar agak melankolis, karena tsunami ternyata sudah berlalu lumayan lama. Namun, ingatan akan bagaimana bencana tersebut membuat Aceh menangis, bahkan indonesia menangis masih sangat terbekas di ingatan. Melihat bagaimana anak-anak yang menangis di tinggal orang tuanya, istri yang ditinggal suaminya, dan banyak orang kehilangan harta benda, mereka terpisah dan mereka tak tahu apa yang harus dilakukan. Walaupun Indonesia ini sudah sering menghadapi berbagai bencana, namun dalam setiap bencana yang datang terdapat cerita pilu di sana, dan tsunami di Aceh, menurut saya adalah bencana yang paling memilukan.
Indonesia mengagumkan, semua pun tahu itu. Gunung-gunung menjulang tinggi, indah, dan selalu menjadi wisata favorit banyak orang. Laut biru nan luas menyimpan berjuta kekayaan dan pesonanya, dan masih banyak lagi yang bisa membuat kita tak berhenti berdecak kagum akan ciptaan Tuhan di tanah negeri kita ini. Namun, di samping semua itu, Indonesia tak pernah lepas dari lingkaran bencana, seperti gunung berapi yang semula mengagumkan bisa saja tiba-tiba menjadi menakutkan dengan tumpahan lava panasnya. Laut yang tenang, tiba-tiba saja bisa menjadi mengerikan dengan terjangan tsunaminya.
Apakah Tuhan marah? Pertanyaan itu yang sering dikaitkan dengan berbagai bencana yang datang. Dan yang sering saya dengar juga dari banyak orang tua, mereka bilang, “Mungkin bumi kita ini sudah tua, sudah terlalu lelah untuk menopang manusia-manusia di atasnya. Jadi mereka mengeluarkan bencana yang tidak ada habisnya”. Apa iya? Setiap pendapat mungkin saja benar, terlepas dari anggapan tersebut, jika dilihat dari geografisnya Indonesia berada pada dua lempengan tektonik dunia sehingga sangat rawan terhadap bencana seperti gempa bumi yang disusul tsunami, letusan gunung berapi serta longsor dan bencana alam lainnya.
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Jawabannya sudah pasti adalah berdoa pada Yang Maha Kuasa, karena apapun yang terjadi di muka bumi ini atas kehendak-Nya. Tidak hanya itu, kita juga harus mencoba mengakrabkan diri dengan bencana. Kenali mereka, dan bersahabat dengan mereka. Loh, kenapa? Karena itulah salah satu jalan untuk bertahan. Kita ambil contoh, negara Jepang yang sangat sering mengalami gempa bumi, mereka sudah sangat akrab dan mempelajari apa yang harus dilakukan jika gempa bumi terjadi. Cara bagaimana menyelamatkan diri, juga rumah-rumah yang didesain untuk tahan terhadap gempa. Kita pun harus seperti mereka, pemerintah sudah mulai untuk membuat program tanggap akan bencana. Tinggal kita saja yang harus mendukung program-program tersebut.
Tau gak sih? Indonesia saat ini sudah mempunyai Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota, juga sudah tersusunnya Rencana nasional Penanggulangan Bencana (210-2014) dan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (2010-2012). Gak hanya dalam penanggualangannya saja, untuk pencegahannya pun sudah dibangun Sistem peringatan dini untuk berbagai ancaman, seperti sistem peringatan dini tsunami (INATEWS), gunung meletus, banjir, dan tanah longsor. Semoga dengan sistem peringatan dini ini bisa mengurangi jumlah korban jiwa dalam bencana yang datang. Amin....
Gak hanya dalam lingkup Nasional, Indonesia juga berpartisipasi dalam kampanye global “One millon safe school and hospital” , yaitu sejumlah 13.500 sekolah dan 133 rumah sakit di Indonesia menjadi sekolah dan rumah sakit yang aman dari bencana. Indonesia juga sebagai laboratorium untuk penaggulangan bencana telah menjadi referensi bagi negara lain, delegasi dari negara lain datang untuk belajar mengenai kemajuan/ capaian Indonesia dalam penanggulangan bencana. Wah...negara lain saja datang ke Indonesia untuk belajar penanggulangan bencana, kita sebagai warga negara Indonesia juga jangan mau kalah untuk mempelajarinya.
Di tengah bencana yang ada, satu lagi yang bisa buat kita bangga, yaitu Indonesia mendapat apresiasi dunia yang diwujudkan dalam bentuk penghargaan Global Champion for Disaster Risk Reduction (DRR) dari Sekretaris Jendeal PBB Ban Ki-Moon. Presiden SBY adalah tokoh pertama di dunia yang dianugerahi Global Champion oleh PBB dalam rangka Pengurangan Resiko Bencana (PBR) sebagai priorias nasional pasca terjadinya tsunami yang melanda Asia pada 26 Desember 2004.
Ternyata benar selain kita harus berdoa untuk keselamatan bersama, kita juga harus mencoba bersahabat dengan bencana. Jangan hanya mengeluh tanpa berusaha, dan hanya diam menunggu apa yang akan terjadi dan apa yang akan alam lakukan pada kita. Namun, hal yang juga tak kalah penting untuk diingat adalah, bencana tak hanya datang dari alam, terkadang kitapun bisa menjadi pemicunya, jadi apa salahnya jika selain kita mencoba mengenal bencana, kitapun mencoba bersahabat dan baik terhadap alam. Punya banyak sahabat, akan lebih baik bukan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline