Lihat ke Halaman Asli

Achmad Room Fitrianto

Seorang ayah, suami, dan pendidik

Nasi Jagung Bu Gimah

Diperbarui: 8 September 2024   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sego Jagung, 2023

Di sebuah gang sempit di Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan Sidoarjo, terdapat seorang nenek tua berusia 80 tahun yang selalu sibuk dengan kegiatannya. Bu Gimah, begitu warga setempat memanggilnya, adalah seorang penjual nasi jagung dan urap sayur yang sangat dikenal oleh penduduk sekitar. Meski usianya sudah tak lagi muda, Bu Gimah tetap semangat menjalani hidupnya dengan berdagang dan membantu tetangga-tetangganya.

Gang tempat tinggal Bu Gimah sempit dan berkelok, dengan rumah-rumah padat di sekelilingnya. Rumahnya sendiri cukup sederhana, bahkan masuk dalam daftar keluarga yang mendapatkan bantuan bedah rumah dari pemerintah beberapa tahun yang lalu. Kondisi rumahnya sebelum dibedah sangat memprihatinkan, dengan atap bocor dan dinding retak. Namun, bantuan itu memberikan angin segar bagi kehidupan Bu Gimah. Meskipun rumahnya kini lebih layak huni, ia tetap rendah hati dan terus bekerja keras seperti biasa.

Setiap pagi, sekitar pukul 4, Bu Gimah sudah terjaga. Ia berjalan pelan ke dapurnya yang kecil dan memulai rutinitas memasaknya. Nasi jagung yang ia jual adalah perpaduan nasi dan jagung yang ditanak bersama, sehingga menghasilkan cita rasa yang khas dan nikmat. Bukan hanya nasi jagung yang membuat dagangannya istimewa, tetapi lauk pauk yang disajikan bersamanya: urap sayur, ikan asin goreng, Bali Pindang, dan sambal terong pedas yang menjadi favorit para pembelinya.

Pagi yang Sibuk

Setiap hari, setelah selesai memasak, Bu Gimah menata dagangannya dengan teliti. Dia menyiapkan bakul-bakul kecil yang berisi nasi jagung dan lauk-pauk yang menggoda selera. Bau harum dari Bumbu Bali Pindang yang dimasaknya merembes keluar dari dapur, menarik perhatian tetangga dan warga sekitar yang mulai beraktivitas di pagi hari.

"Bu Gimah, saya pesan dua bungkus ya, buat sarapan di kantor," sapa Pak Arjo, tetangga sebelah rumah yang setiap hari membeli nasi jagungnya.

Bu Gimah tersenyum, memperlihatkan giginya yang tinggal beberapa. Tangannya yang sudah keriput cekatan membungkus pesanan Pak Arjo dengan daun pisang yang dikombinasi dengan kertas minyak-Kertas Pembungkus. "Ini, Pak. Semoga cocok di lidah," ujarnya sambil menyerahkan bungkusannya.

Harga nasi jagung yang dijual Bu Gimah sangat terjangkau. Hanya dengan harga yang murah, para pelanggan bisa menikmati makanan tradisional yang lezat dan mengenyangkan. Banyak yang datang tidak hanya karena rasa masakannya, tetapi juga karena keramahan dan kehangatan yang selalu terpancar dari Bu Gimah.

"Bu Gimah itu luar biasa. Meski usianya sudah tua, tapi masih semangat jualan. Masakannya juga enak sekali. Sambal terongnya pedas tapi bikin nagih!" ujar Bu Leni, salah satu pelanggan setia yang tinggal di gang sebelah.

Semangat yang Tak Pernah Padam

Setelah menjual nasi jagungnya, Bu Gimah sering kali menyisihkan waktu untuk membantu tetangga-tetangganya. Meskipun fisiknya tak lagi sekuat dulu, dia tak segan membantu siapa saja yang membutuhkan tenaganya. "Saya ini sudah tua, tapi kalau bisa bantu orang lain, kenapa tidak? Rezeki itu kan tidak hanya dari uang, tapi juga dari kebaikan yang kita berikan kepada orang lain," katanya suatu hari sambil tersenyum lembut.

Di lingkungan Sidokumpul, Kecamatan Sidoarjo, Bu Gimah dikenal sebagai sosok yang sangat dermawan. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, dia selalu berusaha berbagi, baik dalam bentuk makanan atau tenaga. Ketika ada tetangga yang kesulitan, entah karena sakit atau membutuhkan bantuan untuk acara kecil di rumah, Bu Gimah tak pernah absen untuk membantu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline