Lihat ke Halaman Asli

Achmad Room Fitrianto

Seorang ayah, suami, dan pendidik

Pilkada Jawa Timur 2024: Proxy dari Pilpres 2024 dan Kelanjutan Rivalitas Politik

Diperbarui: 27 Juni 2024   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur tahun 2024 akan menjadi salah satu ajang politik paling menarik di Indonesia. Selain menjadi penentu masa depan provinsi terbesar kedua di Indonesia, Pilkada ini juga dianggap sebagai perpanjangan tangan dari Pilpres 2024. 

Beberapa nama besar yang diprediksi akan maju dalam Pilkada ini adalah Khofifah Indar Parawansa, Emil Dardak, KH Marzuqi Mustamar, dan Tri Rismaharini. Dinamika yang terjadi dalam Pilkada ini tidak hanya berpengaruh pada skala regional tetapi juga mencerminkan kontestasi politik nasional.

Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak: Meneruskan Kesuksesan
Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur saat ini, bersama dengan wakilnya, Emil Dardak, telah menunjukkan kinerja yang signifikan dalam memimpin Jawa Timur selama periode mereka. Khofifah, yang memiliki latar belakang kuat dalam organisasi keagamaan dan pemerintahan, telah membangun reputasi sebagai pemimpin yang inklusif dan berkomitmen pada pemberdayaan masyarakat.

Sementara itu, Emil Dardak, mantan Bupati Trenggalek yang juga memiliki latar belakang akademis yang kuat, telah menjadi sosok muda yang energik dan visioner dalam pemerintahan provinsi.

Pasangan ini berpotensi maju kembali dalam Pilkada 2024 untuk mempertahankan posisinya. Dukungan dari partai-partai besar dan basis massa yang solid, terutama dari kelompok religius dan nasionalis, akan menjadi kekuatan utama mereka. Khofifah dan Emil diprediksi akan mengandalkan pencapaian mereka dalam bidang ekonomi, kesehatan, dan infrastruktur sebagai modal kampanye utama.

KH Marzuqi Mustamar dan Tri Rismaharini: Tantangan Kuat dari Pesaing Baru
Di sisi lain, pasangan KH Marzuqi Mustamar dan Tri Rismaharini diprediksi akan menjadi penantang kuat. KH Marzuqi Mustamar, seorang ulama terkemuka dan pimpinan Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur, memiliki basis dukungan yang kuat di kalangan masyarakat religius. Beliau dikenal sebagai figur yang kharismatik dan memiliki pengaruh yang besar di kalangan umat Islam tradisional.

Tri Rismaharini, yang dikenal dengan sebutan Risma, adalah mantan Wali Kota Surabaya yang sukses dan kini menjabat sebagai Menteri Sosial. Kepemimpinan Risma di Surabaya telah diakui secara luas, terutama dalam hal pengelolaan kota, program sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Kombinasi antara pengalaman birokrasi Risma dan basis religius Marzuqi Mustamar membuat pasangan ini sangat kompetitif dalam Pilkada 2024.

Basis Dukungan yang Mirip: Religius dan Nasionalis
Kedua pasangan calon ini memiliki basis dukungan yang mirip, yaitu dari kelompok religius dan nasionalis. Khofifah dan KH Marzuqi, dengan latar belakang keagamaan yang kuat, memiliki pengaruh besar di kalangan masyarakat NU yang merupakan kelompok mayoritas di Jawa Timur. Di sisi lain, Emil Dardak dan Tri Rismaharini, dengan rekam jejak di pemerintahan yang progresif, mampu menarik dukungan dari kalangan nasionalis dan pemilih muda yang menginginkan perubahan dan inovasi.

Proxy dari Pilpres 2024
Pilkada Jawa Timur 2024 juga dianggap sebagai proxy dari Pilpres 2024. Kedua pasangan calon ini didukung oleh partai-partai besar yang memiliki kepentingan dalam Pilpres. Khofifah dan Emil diprediksi akan mendapatkan dukungan dari partai yang berafiliasi dengan calon presiden tertentu, sementara KH Marzuqi dan Risma didukung oleh partai yang berbeda. Dinamika ini mencerminkan pertempuran politik di tingkat nasional, di mana Pilkada Jawa Timur menjadi salah satu arena utama untuk menguji kekuatan masing-masing kubu.

Mengulang Pilkada Jawa Timur 2019
Pilkada Jawa Timur 2024 juga memiliki kesamaan dengan Pilkada 2019, di mana Khofifah bertarung melawan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Puti Soekarno. Dalam Pilkada 2019, Khofifah berhasil memenangkan pemilihan dengan selisih suara yang cukup signifikan. Pertarungan tersebut memperlihatkan bagaimana basis dukungan religius dan nasionalis berperan penting dalam menentukan hasil akhir.

Kini, dengan munculnya KH Marzuqi Mustamar dan Tri Rismaharini sebagai pesaing, Pilkada 2024 tampak seperti kelanjutan dari pertarungan politik sebelumnya. Basis dukungan yang mirip dan strategi kampanye yang mengedepankan pencapaian dan visi masa depan, menjadikan Pilkada ini sebagai ajang yang sangat kompetitif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline