Lihat ke Halaman Asli

Achmad Room Fitrianto

Seorang ayah, suami, dan pendidik

Mau Dibawa ke Mana Riset Kita?

Diperbarui: 11 Juli 2024   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kesempatan yang sangat langka ketika paper kami diterima dan diminta untuk dipresentasikan di ASAA Conference 2024, 25th Biennial Asian Studies Association of Australia Conference: "Asia Futures: Studies of, in and with Asia" di Curtin University. Konferensi dua tahunan bergengsi ini diadakan di Australia. Pada kesempatan ini, kami sebenarnya menyiapkan tiga paper. 

Pertama, Effort in Reducing Flooding Risk in Desa Sekapuk through Bio-pore and Infiltration Wells: A Participatory Model, kedua From Golden Leaf to Crossroads: Navigating Challenges and Charting a Sustainable Future for Besuki Cigar Tobacco in Jember, dan ketiga COMMUNITY BASED TOURISM APPROACH FOR EQUITY CROWDFUNDING MOBILIZATION IN SEKAPUK. 

Di luar ketiga naskah tersebut, sebenarnya ada naskah lain yaitu Sustainable Farming Transformations: A Participatory Action Research on Cultivating Organic Practices and Spiritual Awakening among Farmers in North Kemodo Hamlet oleh Agus Affandi dari Pusat Pengabdian Masyarakat UIN Sunan Ampel Surabaya. Namun, dikarenakan keterbatasan anggaran kampus, kesempatan berharga ini hanya menjadi mimpi belaka. Terkecuali dosen dapat membiayai secara mandiri lewat tunjangan remunerasi yang dimiliki.

Tantangan Pendanaan Riset
Pembiayaan riset di kampus selain mengandalkan RAKL juga bisa dilakukan melalui komersialisasi penelitian. Ini bisa menjadi sumber pendapatan utama kampus. UIN Sunan Ampel yang memiliki slogan "Building Character Qualities: For the Smart, Pious, and Honorable Nation" dengan paradigma pemikiran "menara kembar terintegrasi" yang menjembatani antara ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu umum, memiliki banyak riset dan penelitian yang bisa ditawarkan dan dijual ke publik. 

Misalnya, kajian kitab klasik Sunan Ampel tentang pengembangan perekonomian, di mana saat itu beliau sebagai "asing" dan ekspatriat mampu memberi warna kepada komunitas. Atau kajian-kajian lainnya yang mampu menerjemahkan kompleksitas doktrin keagamaan menjadi "jalur sutra" pembangunan.

Ketika kita merujuk ke perguruan tinggi yang peringkatnya bagus baik di peringkat nasional maupun dunia dan UINSA melakukan perbaikan di sana sini, mereka juga tidak melakukan perbaikan? Terlihat sedikit skeptik, namun sebetulnya di situlah ada peluang. Peluang itu bisa dilihat dari kacamata "frugal innovation".

Frugal Innovation dalam Riset
Mungkin muncul pertanyaan, "Apa itu frugal innovation?" Menurut Navi Radju dan Jaideep Prabhu (2016), frugal innovation adalah "How to do better with less". Mereka memberikan enam variabel dari frugal innovation: Engage and literate, Flex your assets, Create sustainable solutions, Shape customer behavior, co-create value with prosumers, dan make innovative friends.

Terus apa kaitannya dengan menjual penelitian dengan frugal innovation? Penelitian sebagai salah satu pilar dari tiga pilar di perguruan tinggi: pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat, menjadikan penelitian seharusnya tidak hanya mengandalkan dan menunggu kucuran "dana bantuan internal" namun harus mampu mengenali celah dan potensi yang dimiliki guna ditawarkan kepada "sumber pembiayaan lainnya".

Mengoptimalkan Potensi Penelitian
Misalkan saja untuk program studi Manajemen Zakat dan Wakaf, jelas pembeda yang dimiliki di sini adalah kuat di sisi pemahaman dan pengupasan tata kelola zakat dan wakaf itu sendiri selain memang di sisi fiqh juga harus kuat. Namun demikian, bila menilik kepada UU 38 Tahun 1999, UU 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat dan UU 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf yang menyebutkan bila dua instrumen sharing caring dalam Islam tersebut bisa menjadi salah satu variabel yang bisa mengurangi pajak, maka ke depan kajian penelitian di program studi Zakat dan Wakaf seharusnya berhubungan dengan bagaimana hubungan zakat dan wakaf dengan administrasi negara, bagaimana zakat dan wakaf dengan akuntansi publik yang intinya mengkaji bagaimana perpajakan Islam (penghimpunan dana masyarakat untuk dikelola bagi kemaslahatan) bisa memberikan sumbangsih dan kontribusi kepada pembangunan secara menyeluruh.

Insyaallah ini adalah pemikiran riil dari penerjemahan konsep twin tower yang nyata. Dengan pemikiran ini, ke depan alumni produk zakat dan wakaf bisa berkompetisi pada pasar tenaga kerja di sektor perpajakan. Di sisi lain, misalnya tindak lanjut kegiatan Kuliah Kerja Nyata mahasiswa di Desa Ambal Ambil Kejayan Pasuruan yang masih dibangun komunikasi, mengembangkan kegiatan pengabdian desa binaan Bank Sampah merupakan inisiatif yang muncul untuk memberdayakan masyarakat di tingkat desa. 

Melibatkan kolaborasi antara tim volunteer Bank Sampah dan warga setempat, kegiatan ini tidak hanya fokus pada pengelolaan sampah, tetapi juga menyelenggarakan program-program seperti penanaman hidroponik, pembuatan produk bernilai tambah, dan edukasi tentang keberlanjutan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline