Lihat ke Halaman Asli

Achmad Room Fitrianto

Seorang ayah, suami, dan pendidik

Pak Amin yang Aku Kenal

Diperbarui: 24 Juni 2024   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pak Amin,  dulu aku kenal beliau karena beliau adalah sosok "penjaga" pintu ruang Rektor. Setiap kali ingin bertemu dan menghadap rektor tidak luput dari screening beliau. Saat ini beliau sudah purna. Dalam kesempatan ini saya ingin menulis tentang sosok yang patut menjadi teladan dalam keteguhan, dedikasi, dan pekerja keras ini. 

Di usia senjanya, Pak Amin memilih untuk mengabdikan diri sebagai marbot di Masjid Ulul Albab UIN Sunan Ampel Surabaya, sebuah keputusan yang mencerminkan komitmennya untuk tetap berkontribusi pada komunitas dan agama yang dicintainya. Tugas ini bukan hanya sekedar pekerjaan baginya, tetapi bentuk pengabdian yang tulus dari hati.

Sebagai marbot, Pak Amin memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga ketertiban dan kenyamanan masjid. Salah satu tugas yang diembannya dengan penuh tanggung jawab adalah mengontrol jamaah setiap hari Jumat. 

Hari Jumat adalah hari yang istimewa bagi umat Islam, di mana mereka berkumpul untuk melaksanakan salat Jumat dan mendengarkan khutbah. Namun, seringkali jamaah tidak sadar bahwa tindakan mereka bisa mengganggu kekhusyukan ibadah. Di sinilah peran Pak Amin menjadi sangat vital.

Setiap Jumat, dengan penuh semangat, Pak Amin mengontrol jamaah agar tidak berkerumun di masjid ketika khatib berkhutbah. Ia berjalan berkeliling, memastikan bahwa jamaah tidak berdiri di lorong-lorong atau menghalangi jalan. Dengan tegas namun tetap sopan, Pak Amin menegur jamaah yang masih sibuk dengan gawai mereka. 

Baginya, masjid adalah tempat untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, bukan tempat untuk bermain dengan teknologi. Beliau tidak bosan bosannya mengingatkan jamaah yang masih sibuk dengan gadget nya ketika khotib berkutbah.

Pak Amin selalu mengingatkan jamaah untuk merapatkan barisan dan duduk rapi. Menurutnya, barisan yang rapi bukan hanya mencerminkan kedisiplinan, tetapi juga meningkatkan rasa kebersamaan dan persatuan di antara jamaah. Ia memahami bahwa dalam Islam, salat berjamaah memiliki nilai yang sangat tinggi, dan salah satu cara untuk menghargai nilai tersebut adalah dengan menjaga ketertiban dan kerapian barisan salat.

Keteguhan dan kesabaran Pak Amin dalam menjalankan tugasnya sebagai marbot tidak bisa dilepaskan dari latar belakangnya sebagai staf di UIN Sunan Ampel. Selama bertahun-tahun, ia telah terbiasa dengan disiplin dan tanggung jawab yang tinggi. Pengalaman ini membentuknya menjadi sosok yang teguh dan berdedikasi. Meskipun sudah pensiun, semangat kerjanya tidak pernah surut. Pak Amin selalu datang lebih awal ke masjid untuk memastikan segala sesuatu dalam keadaan siap sebelum jamaah datang.

Pak Amin juga dikenal sebagai sosok yang pekerja keras. Tidak hanya tugas-tugas rutin seperti menjaga kebersihan masjid, ia juga selalu siap membantu jamaah yang membutuhkan. 

Ketika ada acara besar di masjid, seperti pengajian atau acara keagamaan lainnya, Pak Amin selalu menjadi orang yang paling sibuk. Ia memastikan semua persiapan berjalan lancar dan jamaah merasa nyaman selama acara berlangsung. Sikapnya yang selalu siap membantu ini membuatnya sangat dihormati dan disayangi oleh jamaah.

Namun, pekerjaan sebagai marbot tidak selalu mudah. Ada kalanya Pak Amin harus menghadapi jamaah yang tidak kooperatif atau bahkan marah ketika ditegur. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline