Tulisan ini diawali dengan social experiment oleh cak Bokir di salah group akademik yang pasti tidak pernah disusupi oleh stafsus millineal yang lagi viral itu. Social experiment ini menggunakan dua gambar yang di posting di group tersebut. Adapun gambar tersebut adalah :
Muncul tanggapan pertama dari seorang anggota yang konsen dengan masalah gender dan media "Dengan segala hormat, maaf saya keberatan dengan adanya postingan gambar2/informasi menyangkut perempuan yang konteksnya, menurut saya, misogynist seperti di atas. Please keep in mind that we are in a communication group which consists both genders- no need to post something that might be offensive to one. Thank you." Sebut saja dia si Hera
" yoi mbak Hera, seingat saya hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya dan sudah pernah 'ditegur' pula. Ayolah, share hal-hal lain yang lebih bermanfaat buat lebih banyak kalangan aja, jangan mengeluarkan gambar yang memunculkan lekuk organ tubuh" dukungan si Maya
Untuk memanaskan suasana diskusi si Cak Bokir malah memancing emosi kawan kawannya dengan menuliskan "seingat saya, postingan saya tidak ada kontent pornograpy and sexuality, meski mungkin banyak yang mikir kejahuhan, terkait kontent ada foto wanita atau pria itu sah sah saja sepanjang tidak ada code of conduct dalam forum yang melarang posting foto perempuan atau lelaki, intinya adalah kontent " "kalau umpanyanya mayoritas menyatakan bersalah, ya udah di vonis saja misal dengan di keluarkan dari group gitu aja kog repot,kita semua uda dewasa kog"
Ternyata muncul "dukungan" dari seorang member sebut saja si Agung "Hahaha....Cak....ojok metu disek....metu neng endhi? Neng jerooo opo neng jobooo?" yang malah maunya berusaha mencair suasana tapi ini juga memancing lebih lanjut komentar kawan kawan lainnya.
Betul saja sejurus kemudian muncul komentar yang menyangga" Betul sekali. Dan saya tidak bicara soal pornografi. Tolong dicermati isi konten yang diposting tadi. Menurut saya, postingan tersebut membuat anggapan yang menyudutkan perempuan (dan juga laki2 as an engineer). Ini bukan forum privat, jadi hal2 seperti itu sebaiknya tidak diposting di grup mahasiswa/akademisi- yang saya percaya sudah cukup dewasa untuk memilah mana yang sesuai untuk dibagikan atau tidak. No need to 'repot - repot'". Saut si Punky di group
"Persoalan delete mah gak repot. Yang mungkin rada repot adalah bagaimana kita menghargai dan berempati terhadap keberadaan dan preferensi manusia lain" Si Fauziah menimpali
Ditengah cak Bokir diserang oleh banyak aktivis perempuan di group WAG ini, tiba tiba munculah sesok member sebut saja si Igak " gimana dengan poster film yang banyak memunculkan gambar wanita yang mungkin lebih vulgar dari postingan cak Bokir?" " sebut saja Bulan di atas bantal, bulan tertusuk ilalang, dan daun di atas bantal" keseriusan si Igak malah di celetukin si Agung "lek aku seneng bernafas dalam lumpur" "Tak tanbahi, roda gila, istana kecantikan" kata si Igak.
"film film itu contentnya banyak exploitasi gender lho'" celetuk si Ojik "apik an nyi blorong" saut si Agung plus dengan emoticon berlari seolah menjauh sambil tertawa
Si Igak menjelaskan yang diawali dengan emoticon berkaca mata seolah olah menanamkan nada serius "Nyi blorong senafas dengan pembalasan ratu pantai selatan" namun demikian Istana kecantikan adalah film pertama dalam sejarah sinema Orde baru yang dengan eksplisit memperlihatkan homoseksuality padahal saat itu rezim Orde baru represif dengan politik tapi permisif dengan seksualitas" imbuh dia menjelaskan . Tidak hanya itu Igak juga melanjutkan penjelasannya "Angka film tema sensualitas perempuan paling tinggi masa orba"." apakah itu karena sensornya lebih represif ke politik?" celetuk seorang member yang dari tadi jadi silent reader membaca penjelasan si Igak.
Dengan memasang emoticon kacamata dan kacak pinggang si Igak melanjutkan mengetik textnya yang isinya" "Represi politik msa orba sangat keras pada masa 80-90, dibanding masa pra 80-90, sehingga produser merasa lebih aman menjajal tema sensualitas, ditambah lagi biaya produksi 100 juta, pemasukan bisa 200 juta"