Lihat ke Halaman Asli

Achmad Room Fitrianto

Seorang ayah, suami, dan pendidik

Siapa Kita Sebenarnya

Diperbarui: 26 Agustus 2017   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemaren iseng iseng nonton serial Mahabarata di MNCTV, pas ada scene dimana Drupati di "blejeti" di tengah forum dan di akhir scene itu dia berkata  "Kebungkaman orang baik jauh lebih Jahat dari ucapan iblis"

Wow........mak jleb banget itu..........

Terus akhirnya teringat kampanye salah satu Capres di konvensi partai berkuasa saat itu, dengan gerakan "turun tangannya"............Hello........turun tangannya dimana? eh iya gerakan berjilid jilid guna memenjarakan seorang penista itu ya? wah wah wah iya ndak bungkam tuh.........tapi akhirnya pikiran ini jadi terusik, kemana para "mujahid" itu ketika banyak kaum muslimin tertipu dengan iming iming perjalanan ke Baitulloh dengan murah? Kemana teriakan teriakn yang mengelora itu dikumandangkan guna membela kaum muslim yang sangat rindu untuk berkunjung ke Baitullah? Lebih penista mana antara si "pejabat" dan "pengelola" Travel ini?

Sejurus kemudian jadi teringat " Fawaylullilmusholliinn" (QS Al- ma'un ayat 4)

Apakah ayat ini hanya berlaku bagi Muslim? saya kira tidak, banyak pemeluk agama lain yang juga memanfaatkan ajaran agama atau atas nama agama untuk kepentingan "perut" dan " bawah perut" nya.

"Jual beli" dengan mengatas namakan agama kayaknya sudah lazim dilakukan, tidak hanya masjid kayaknya di rumah rumah ibadah lainnya sepertinya kayak gitu. Misalkan ada seorang minoritas yang sangat humble dan terkenal terus tiba tiba dia ingin mendaftar jadi calon "lurah" maka tak ayal lah........ rumah ibadah kau yg mayoritas akan mengembar gemborkan "persatuan umat" sampai sampai konsep "dibawa ke lubang biawak" pun dikumandangkan, sedangkan di rumah ibadah minoritas, konsolidasi dilakukan baik secara syir ataupun terang terangan khususnya dilakukan diantara sesama mereka yang se "khufu" .

Memang rumah ibadah itu tempat untuk mengkontemplasi dan memberdayakan umat (baca masyarakat) dan tidak hanya "ansih" menjadi tempat ritualitas semata, itu mengapa saya pribadi sih tidak keberatan mengumpulkan massa untuk kepentingan apapun melalui rumah ibadah sepanjang tidak mengedepankan kebencian dan memecah belah masyarakat. Konsekwensi berdemokrasi, khususnya dengan model one man one vote, tidak bisa dinilai bila minoritas menjadi pimpinan atau menang pemilihan itu demokrasi yang dilakukan sudah baik dan teruji. Tidak tidak bisa seperti itu, proposional dengan memayungi minoritas dan memfasilitasi mayoritas bukan menang kalah.

Kadang saya berfikir apa sih kira kira  makna dan perwujudan do a yang sering dibaca berikut"Arinal haqqa haqqawn warzuqnat tiba'ah, wa arinal batila batilawn warzuqnajtinabah" iya memang artinya kurang lebih adalah "Tunjukilah kami kebenaran dan berikan kami jalan untuk mengikutinya, dan tunjukanlah kami kebatilan dan berikan kami jalan untuk menjauhinya" namun sepertinya banyak yang lupa akan kehaqiqian do a diatas, hanya karena sekedar untuk memuaskan suatu ambisi atau keinginan acapkali kita mencampur adukkan antara yang haq dan yang bathil menjadi satu.........Naudzubillah Mindzaliq

Fitrianto abu Attila




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline