Pada bulan ini Gerakan HTI semakin intens dan massive. Di dalam gerakannya dikenalkan istilah GBB (gerakan bungkus bungkus) atau HBP (habis berbuka pergi). HTI yang dimaksud adalah bentuk gerakan gerakan yang sistematis dari para mahasiswa Indonesia di perantauan yang menyisir tempat tempat berbuka gratis. HTI ini adalah Hizbut Ta'jil Indonesia.
Sebagai mahasiswa Indonesia diperantauan pada bulan romadhon tidak lah berat, malah menyenangkan dan hemat. Lihat saja aktivitas kami di Curtin University berikut ini.
Curtin University adalah sebuah perguruan tinggi berbasi teknologi yang berada di Perth. Curtin Univeristy mungki masih satu satunya universitas di Australia yang memiliki dan menyediakan musholah yang cukup representative. Mushollah ini di kelola oleh CMSA (Curtin Muslim Student Association) sebuah organisasi kemahasiswaan yang berafiliasi ke Curtin Student Guild yang di akui oleh Curtin University. Salah satu kegiatan dari Mushollah ini adalah menyediakan makanan bagi mahasiswa dan warga yang berbuka puasa serta melakukan sholat magrib berjamaah di Mushollah.
Pengelolaan berbuka bersama yang dilaksanakan oleh CMSA ini cukup professional, selain penggalamangan dananya yang dilakukan secara structural dan terukur, namun juga penyajian acara berbuka bersama. Para mahasiswa yang mengikuti acara berbuka bersama berkumpul di Gedung Aula terdekat dari Mushollah (Gedung 500), dengan duduk dilantai yang telah dialasi tikar dan plastic untuk mengantisipasi makanan yang tumpah, para mahasiswa di persilahkan duduk berjajar saling berhadapan. Di depan para mahasiswa yang duduk berjajar ini telah disajikan beberapa hidangan dari irisan buah, kue Maryam, Kurma atau Minuman untuk membatalkan puasa. Yang menarik disini adalah ramuan untuk minuman yang disajikan. Minuman yang disadikan untuk berbuka ini berupa susu yang di campur dengan es cream vanilla yang diberi sirup mawar yang diaduk dengan selasih. Warna pink yang dingin dan menyejukkan menjadikan sajian ini adalah sajian favorite setiap berbuka
Setelah menikmati cemilan ringan ini, kami melanjutkan dengan sholat magrib berjamaah dan sholat sunnat rowatib. Pasca sholat magrib berjamaah kami berkumpul kembali ditempat semula untuk kemudian panitia membagikan kotak yang berisi nasi dan lauk sebagai menu utama berbuka. Hidangan yang diberikan lebih sering adalah hidangan timur tengah, dari nasi kebuli sampai masakan kare kambing yang sangat mengoda.
Panitia biasanya memberikan kotak lebih kepada jamaah yang bersedia membantu untuk membersihka lokasi dan membantu untuk persiapan sholat lainnya. Acapkali pemberian kotak makanan tambahan oleh kami mahasiswa dijadikan bekal untuk makan sahur. Jumlah jamaah yan hadir setiap harinya lebih dari seratus orang. Dari diskusi dengan seorang pengurus CMSA biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan berbuka puasa bersama ini sekitar $1000- $1500 atau sekitar (Rp 10- 15 Juta) setiap harinya.
Selain berbuka dan sholat magrib bersama, Curtin University mushollah juga menyelenggarakan sholat Isya an taraweh berjamaah. Jumlah jamaah yang hadir cukup banyak, hampir menyerupai jumlah jamaah yang hadir untuk sholat Jumat.
Dari cerita kegiatan selama ramadhan diatas, menjadikan Ramadhan di perantauan cukup bermakna, baik itu dari sisi membangun ukhuwah dan kebersamaan maupun dari sisi penghematan budget dari prespective mahasiswa. Semoga pengalaman ini bisa memberikan sedikit wawasan tentang bagaimana ramadhan di perantauan.
*) cerita yang sama juga dimuat di Australiaplus
http://www.australiaplus.com/indonesian/wisata-nad-budaya/ramadhan-di-curtin-university/8592880
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H