Ketertarikan saya terhadap Surat yusuf itu karena saya tertarik pada ayat 31 khususnya pada kalimat " fallam roainahuu akbarnahuu wa qoth tho'na aidiyahunna wa qulna haasya lil lahi maa haadza basyaro, in haadzaa illa malakun kariim". Suatu ayat dalam surat yang menceritakan tentang bagaimana istri istri pejabat mesir yang terpesona oleh kegantengan seorang putra Yakub ini. Mengapa saya tertarik dengan potongan surat ini karena bila dikombinasi dengan amalan tertentu, katanya bisa dipercaya bisa menjadi wirid pemikat lawan jenis (waallahu a'lam bishowab). Namun demikian diluar awal ketertarikan saya terhadap surat yusuf di potongan ayat tadi, terdapat keistimewaan dari surat ini yaitu terkait dengan tafsir mimpi. Di dalam surat Yusuf diawali dengan mengingatkan bila Al Quran terdapat kisah kisah yang belum pernah diceritakan sebelumnya (ayat 3). Pada ayat selanjutnya juga diceritakan bagaimana Yusuf Alaihissalam bermimpi, bagaimana dia melihat matahari, bulan dan bintang sujud kepadanya. Sujud disini mungkin bisa diartikan sebagai bentuk menyerahan diri dan ketaatan. Diayat berikutnya juga diceritakan bila Yakub melarang Yusuf untuk menceritakan mimpinya itu kepada saudara saudaranya karena bisa memunculkan kebencian dan keirian, karena mimpi yusuf itu adalah pertanda akan karunia yang akan diterima oleh yusuf untuk melengkapi amanah besar mengembalakan umat. Al Quran surat ke duabelas ini seolah olah mengajarkan kita untuk tetap positif terhadap impian impian kita, jangan sampai kehilangan harap, putus asa atau takut untuk meraih kehidupan yang lebih baik, jangan takut berhijrah, jangan takut untuk meninggalkan status quo untuk mengejar bintang, rembulan, matahari atau apapun itu perlambangnya. Dikisahkan juga dalam Surat ini tafsiran dari mimpi yusuf menjadi kenyataan. Suatu karunia yang indah dan menyenangkan karena bisa menafsirkan dengan tepat impian yang diperoleh dan bisa berbuat positif ketika impian itu sudah terwujud kepada umat dan lingkungannya. Tidak lah salah bila kisah kisah dalam surat ini dijuluki Ahsanul Qashashi (kisah terbaik).
Selain cerita impian Nabi Yusuf, di dalam surat ini juga diceritakan tentang episode kehidupan yang ibarat roller coaster yang naik turun dan juga dikisahkan bagaimana kekuasaan dan pertolongan Allah bisa menjadi best solution dengan jalan dan cara yang tidak disangka sangka. Bagaimana Yusuf yang sampai jatuh kedalam kubangan perbudakan karena tipu daya saudara saudaranya. Bagaimana Yusuf sampai dibeli oleh seorang petinggi Mesir. Bagaimana Yusuf harus menghindar dari fitnah dunia dan rayuan sesaat. Bagaimana yusuf menjadi kambing hitam dan akhirnya dijebloskan kedalam penjara dan akhirnya bagaimana Yusuf ditemukan oleh raja mesir yang bingung dengan mimpinya yang digambarkan ada tujuh sapi gemuk yang kemudian dimakan oleh tujuh sapi yang kurus kurus serta melihat tujuh butir gandum yang bagus dan tujuh butir gandum yang kisut. Dengan ilmu dan ijin Allah Yusuf bisa menerjemahkan mimpi itu dengan ilmiah serta bisa memberi solusi dari masalah kenegaraan yang dihadapi kerjaan mesir saat itu dan akhirnya yusuf diangkat menjadi penasehat raja dengan kekuasaan penuh untuk mengatur pemerintahan guna menyiapkan diri penghadapi apa yang telah ditafsirkan dari mimpi sang raja.
Kisah Yusuf ini adalah cerita seribu satu orang yang memiliki satu bentuk kesabaran, ketabahan menghadapi naik turunnya kehidupan; jiwa Yusuf adalah jiwa yang kokoh dalam keyakinan serta kuat dalam ketaatan. Coba kita kembalikan kepada diri kita umumnya, kebanyakan kita hanya yakin ketika kondisi diri aman dan tenang, lalu menjadi peragu ketika kondisi diri terancam dan penuh ujian. Pembelajaran dari kisah Yusuf dalam surat ke 12 ini bila keyakinan menjadikan penantian sebagai jalanan waktu yang harus dilalui dengan sabar, sementara keraguan menjadikan penungguan sebagai deretan waktu panjang yang memuakkan dan membosankan. Kedua Pembelajaran dari kisah ini adalah meskipun yusuf memiliki kegantengan(kecantikan)tak menjadikan dirinya sombong dan eksibisionis (pamer diri- suka foto Selfie), kecerdasan dan pengetahuannya tidak menjadikannya arogan dan merasa benar sendiri, selalu meminta pendapat sahabat terbaik, sahabat yang pendapatnya konsisten terukur dan bisa dijadikan ibrah dan pegangan sehingga tidak terjerumus pada asumsi dan syak wasangka yang menjerumuskan. Yusuf juga memiliki kekuasaannya tak menjadikannya adigang adigung adiguna. Yusuf tetap tampil sebagai hamba Allah yang sederhana dan bersahaja, penuh syukur tanpa adanya keluhan. Teladan yang indah bagi kita semua, semoga kita bisa belajar dari kisah ini, amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H