Lihat ke Halaman Asli

Achmad Room Fitrianto

Seorang ayah, suami, dan pendidik

Anjing Kayangan dan Legenda Kesetiaan

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Istilah anjing kayangan pertama kali aku dengar dari serial TV legenda si Kera Sakti, SunGokong yang mengawal Bikso Tong mengambil kitab suci ke Barat bersama dua sahabatnya Tipatkay dan Wu ching. Dalam perjalanannya ke barat itulah rombongan kecil ini banyak menemukan hambatan dan tantangan, baik dari manusia, siluman ataupun dari tentara dewa. Lha salah satu dari tentara dewa itu ada seorang tentara dewa yang dulu kawannya Tipatkay ketika masih berdinas di Kayangan. Oh iya Tipatkay ini adalah menjelmaan panglima perang kayangan yang dikenal dengan nama panglima Tiang Feng, namun karena tergoda oleh nafsu duniawi dan terlibat cinta terlarang, maka panglima Tiang Feng ini di turunkan ke muka bumi dan dikutuk jadi siluman babi serta akan patah hati seribu kali. hehehehehe melihat cerita Tipatkay ini menjadi miris ya mosok dihukum untuk seribu kali patah hati, wong sekali patah hati aja sakitnya tuh minta ampun..!!!!!!!!!!!!. Kembali ke Anjing Kayangan, iya istilah itu aku kenal dari serial TV itu, lucunya istilah ini juga digunakan oleh kawan kawan kuliah untuk memanggil salah satu kawan yang polah tingkahnya mirip salah satu karekter di serial TV itu. Kenapa Istilah Anjing Kayangan menarik untuk ditulis karena, istilah ini mewakili dua karakter. Pertama karakter Anjing dan kedua tentang kayangan. Bahasa simpelnya ya Anjing Sorga. Menilik belakang dibeberapa cerita yang tertulisa dalam kitab Al Quran, maka kita menengenal Anjing yang masuk dalam cerita Ashabul kahfi tepatnya pada QS. Alkahfi ayat 22

“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan,“(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya.” Katakanlah, “Rabb-ku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah kamu (Muhammad) berdebat tentang hal mereka, kecuali perdebat lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.” (Al-Kahfi: 22)

dalam Riwayat juga diceritakan bila si Qitmil sang anjing mengikuti kemanapun para pemuda itu pergi. Para Pemuda itu mendakwakan kebaikan di masa yang kurang bersahabat karena pada masanya sedang berkuasa seorang raja yang lalim. Pada suatu ketika si Raja merasa gerah dengan gerakan yang dilakukan oleh para pemuda ashabul Khafi ini dan melakukan gerakan pemberhangusan. Karena merasa jiwanya terancam maka menghindarlah para pemuda ini dari keramaian dan bersebunyi dalam gua dan diikuti oleh si Qitmil si anjing. Malahan si Qitmil ini menjadi penjaga utama dari gangguan gangguan selama para pemuda ini bersembunyi dalam gua, sampai mereka di "tidurkan" oleh Allah SWT dan kemudian di bangunkan setelah 309 tahun. Kenapa saya menyebut Anjingnya Ashabul Khafi ini anjing kayangan? iya karena dari beberapa riwayat menyebutkan sebagai salah satu dari 8 jenis binatang yang nanti masuk surga (masuk surga secara harfiah atau maknawiyah, nanti kita discuss lebih lanjut). Mengapa si Anjing ini bisa masuk surga? marilah kita kupas pelan pelan dalam tulisan ini. Pertama sudah menjadi pemahaman jamak bila Anjing memiliki loyalitas yang tinggi kepada tuanyya. Kesetiaan ini seolah mengajarkan kepada kita sebagai manusia tentang nilai moral kesetiaan (loyalitas). Banyak cerita tentang perilaku kesetiaan luar biasa Anjing kepada tuannya. Tentu saja cerita tentang Ashabul Khafi adalah contohnya. Atau pun cerita tentang Red Dog, cerita tentang kesetiaan anjing yang berasal dari daerah North West of Australia tepatnya dari daerah Pilbara. Di ceritakan terdapat seekor anjing yang sangat baik dan cerdas serta terlatih yang dipelihara oleh John Stazzonelli. Kemanapun John pergi si anjing selalu mengikuti. Pada suatu ketika si John melakukan perjalan dan berpesan kepada Anjingnya untuk tetap tinggal di rumah karena dia bepergian tidak lama. Namun apa daya dalam perjalanannyanya John mengalami kecelakaan tunggal dan meninggal dunia. Si anjing ini yang tidak mengetahui bila Tuannya meninggal dunia karena kecelakaan motor, tetap menunggu di rumahnya. Sampai sampi beberapa kawan John terharu dan sedih melihat fenomena ini. Beberapa hari setelah itu tidak terlihat si Anging ini berjaga di depan rumah. Beberapa orang yang bepergian di beberapa kota di Western Australia mengatakan, melihat sesosok anjing yang mirip dengan Anjing si John ini berlalu lalang dibeberapa kota. Konon kabarnya Si anjing ini berkeliling Western Australia beberapa kali hanya sekedar untuk menemukan Tuannya. Pada satu waktu di Anjing Pulang ke Pilbara dan ketika memasukan jalan masuk ke Pilbara si Anjing terlihat menatap sebuah nisan dan ternyata disitu makam John Stazzonelli. Si Anjing ini terkenal namanya dengan "red dog".

Ada juga cerita tentang anjing lainnya yang mirip dengan "red dog" yaitu cerita tentang Anjing Hachiko di Jepang. Seekor anjing yang dimiliki oleh Dr. Eisaburo Ueno. Setiap pagi sang empunya selalu mengajak si anging pergi ke station kereta Api Shibuya dan sorenya si Anging akan menunggu di station yang sama. Pada suatu ketika Dr. Eisaburo terkena serangan Stroke dan meninggal dunia. Tentu saja si Anjing tidak mengetahuinya, namun dia tetep saja setiap sore selalu menunggu dan menantikan si Tuannya di Station kereta Api Shibuya. Selama sebelas tahun si anjing ini menanti tuannya.

Dari beberapa cerita diatas terlihat bagaimana seekor Anjing mengajarkan kesetiaan kepada Tuannya, Kisah Ashabul Kahfi dengan Qitmil anjingnya yang konon bersembunyi di gua selama 309 tahun, atau cerita tentang Red Dod di Pilbara atau cerita tentang Hachiko d Shibuya seolah menabok kita tentang kesetiaan dan keloyalan. Dalam prespective Islam, kesetiaan dan keloyalan jelas diajarkan, dibangun atas konstruksi manusia sebagai khalifah dimuka bumi, dimana Malaikat dan mahaluk lainnya harus tunduk patuh kepada Adam (manusia) kecuali Iblis yang memiliki sifat sombong angkuh dan merasa lebih baik dari yang lainnya (Anna Khoirumminhu) yang menjadikan si Iblis tidak loyal dan patuh kepada perintah "Tuannya", sang Pemberi Kehidupan. Dari sini muncul sebetulnya siapa Tuan manusia? kalau merujuk kepada QS. Adzariat 56 " Wama khalaqtul jinna wal-insa illa li-ya’buduni" jelas manusia dan Jin adalah abdun, abdi. Abdi Allah dimuka Bumi. Lha kita sudah jelas jelas bila hadir dimuka bumi sebagai mutawakkilun dan abdun dari Sang Serba Maha, maka tanda keloyalan kita kepadaNya ya dengan memahami apa yang dimauiNya. Untuk memahami apa yang dimauniNya itu dengan memahami dan mempelajari kalam Ilahi, baik yang berupa kitab suci maupun yang berupa kejadian alam. Bila kita mengingkari tanda tanda alam dan peringatan yang ada dalam kitab suci, maka bisa dilihat bila kita tidak atau kurang loyal kepada Tuannya. Bila kita pada posisi ini coba kita bandingkan kita dengan kesetiaan para Anjing yang diceritakan diatas. Bila kesetiaan kita diragukan apakah kita masih layak untuk mendambakan Sorganya? Bagaimana kita bisa membangun kesetiaan itu? kembali ke cerita Anjing diatas. terdapat satu teori yang menerangkan tentang mengapa binatang bisa memiliki perilaku yang sama dan terlatih. Teori itu disebut dengan teori Pavlove yang dikembangkan oleh Ivan Petrovich Pavlov. Dimana Pavlov berekperiment dengan perilaku anjing yang diberi stimulant tertentu yang berulang ulang untuk memunculkan reaksi yang diinginkan. Stimulant yang diberikan bisa stimulan asli dan stimulan netral. Misalnya dalam ujicobanya Pavlov mengunakan makan untuk melihat apakah Anjing menjukurkan lidah waktu memasuki ruangan atau Stimulant netral yang berupa Lonceng untuk melihat reaksi si Anjing ketika memasuki suatu ruangan. Lha dari stimulant yang di create berulang ulang ini memunculkan habit baru bagi si Anjing. Untuk mempermudah penjelasan teori Pavlov ini bisa kita lihat juga pada perlakukan untuk menjinakkan merpati. bagi para pembaca yang masa kecilnya pernah memelihara merpati pasti mengerti teknik ini. yaitu dimana bila kita baru mendapatkan merpati baru dan agar tidak hilang dan pergi ke asalnya makan untuk melatih agar merpati tahu rumahnya (bekupon) yang baru maka kita "kurung" merpati dalam jangka waktu tertentu dengan tetap diberi makan dan minum tentunya. Setelah beberapa lama kemudian kita lepas maka, si merpati ini akan selalu pulang kemana dia dilatih untuk tinggal. Demikian juga manusia, untuk bisa jadi Abdun dan setia kepada yang serba maha, maka kita harus berlatih bagaimana berperilaku seperti yang diajarkan dan dilakuka secara berulang ulang untuk mendapatkan kesan atau perubahan perilaku. Sehingga dari sini, manusia, apabila dia sudah percaya pada satu nilai tertentu maka dia akan mengikuti value yang dia percaya itu. penanaman value itu dilakukan melalui proses yang berulang ulang atau yang dikenal dengan proses tarbiyah, atau proses pembelajaran. Memang keberhasilan proses pembelajaran ini dilihat dari perubahan perilaku. Misalnya dulunya ogah ogahan ngaji, sekarang bisa tahan sejam dua jam, Biasanya doyan tidur, jadi betah melek tuk bermunajat, Biasanya seneng liat cewek cantik baju ketat, jadi bisa nundukkan pandangan, dulunya suka nyekek botol jadi nyekek kitab dan sebagainya Semoga kita termasuk dalam golongan "anjing Kayangan" yang setia kepada Illahi Robb dan Rindu Ke jalanNya dan selalu berubah menuju kebaikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline