Lihat ke Halaman Asli

Saat Itu Aku Melihatnya di Ufuk Yang Terang

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

/1/
kapan, atau aku harus bersumpah demi bintang-bintang
yang laju, lalu fajar menyingsing
menulis apa yang mesti tertulis
saat itu aku melihatnya
di ufuk yang bercahaya
apakah, sesuatu itu aku, yang telah gila?

/2/
biar anak-anakku menerangkan
bahwa rahim-ku bukan kegelapan
kemana?
Semesta telah penuh rambu
jalan-jalan tegak lurus, penuh tujuan

/3/
matahari
gunung-gunung
binatang-binatang liar
lautan
ruh-ruh
sekejap nampak
sekejap lenyap
kapan, atau aku harus bersumpah demi bintang-bintang
bahwa semua jiwa dalam keadaan yang tahu
sebab ia benderang melintas masa

/4/
tidak kecuali, pintar dan berkecukupan
yang butuh akan menempuh
jika mereka datang
tak layak terabaikan
jangan begitu
kehendaknya ada, karena di adakan oleh sisi lain yang kekurangan

/5/
kapan, atau aku harus bersumpah demi bintang-bintang
bila air mencurah, hujan basah
seperti berjodoh
benih yang kau semai tumbuh
tapi, kemudian hilang
tapi, merekalah yang telah menulis, apa apa yang mesti tertulis
saat itu aku melihatnya
di ufuk yang bercahaya

/6/
hari itu telah datang
hari ketika kamu mesti lari
seraya demi waktu yang sempit menjepit
mereka tersenyum
mereka menangis
karena mereka menghitung
kebaikan yang manis
dan, pahitnya kejahatan.
Teruslah menulis, apa yang mesti tertulis
saat itu aku akan melihatnya
di ufuk yang penuh cahaya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline