Lihat ke Halaman Asli

Maaf, Bu...

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tahukah kamu kuciumimu di saat kamu terlelap tahukah kamu kudekap kamu saat kamu bermimpi

tahukah kamu ya cuma kamu pemilik hatiku tahukah kamu hatiku ini adalah hatimu

tahukah kamu di setiap tidurku ku kagumi wajahmu nanti kau tahu nanti kau dengar bahwa aku begitu

kamu, kamu adalah surga yang ada dalam hidupku dalam kenyataanku kamu, aku adalah penghuni surga ucapkan salam pada hidup dan mati

tahukah kamu saat kamu menangis adalah air mata ku yang jatuh berlinang tahukah kamu saat kamu tersakiti adalah aku yang pertama terluka

tahukah kamu ya cuma aku yang punya cinta untukmu tahukah kamu ya cuma aku yang rela mati untukmu

Anisa menyimak lagu karya The Rock berjudul Kamu-Kamulah Surgaku itu dengan sedikit berkaca-kaca.Di otaknya langsung berkelebat sosok yang mencerminkan lagu itu. Terus hadir dalam berbagai scene…menggerogoti memori dan mengantarkannya pada kenangan masa lalu.

Lagu itu terus diputarnya, dadanya sesak. Ada kerinduan yang amat dalam.Anisa menangis. Bayangan itu kian merajai otaknya. Kadang tersenyum, kadang marah, dan kadang tampak lelah. Kadang cantik dan kadang pula tampak begitu berantakan.

“ Ibu..!! “

Seorang anak kecil berusia tiga tahun berlari mendekati Anisa. Anisa tersenyum.Tangan lembutnya meraih tangan si kecil, dan memangkunya penuh kasih saying.

“ Ada apa, Sayang? “ ujar Anisa sembari membelai rambut anaknya itu.

“ Istimau sama Ibu, ayah nakal…” adu gadis kecil itu.

Tak lama kemudian, seorang lelaki yang tak lain adalah suami Anisa keluar kamar,mendekati mereka berdua.Dengan sedikit manja pula, ayah dari Pramesti Adisti itu mencoba mengambil buah hatinya dari pangkuan Anisa.Tapi si kecil menangis.

“ Sudahlah, Ayah.Disti lagi ngambek sama Ayah. “ lerai Anisa sembari tersenyum.

Disty manyun, seolah meledek ayahnya. Apalagi ada ibunya yang selalu membelanya.

Lelaki itu duduk di samping Anisa. Tersenyum memandang anaknya yang tumbuh kian lucu.

“ Tadi, di sekolah di ajarin apa, Sayang? “ Tanya Anisa.

Mata Disti berbinar. Gadis kecil itu memang paling suka kalau ditanya seputar yang ia alami di sekolahan.

“ Tadi di ajalin nyanyi sama bu gulu..” jawab Disti dengan gaya cadelnya.

“ Oh, ya? Nyanyi apa sayang ? “

“ Kata bu gulu, judulnya Kasih Ibu..”

Anisa tersentak.Wajahnyakian murung ketika Disti menyanyikan lagu itu dengan lancar.

Kasih ibu kepada beta

Tak telhingga sepanjang masa

Hanya membeli…tak halap kembali…

Bagai sang sulya menyinali dunia…

Bayangan itu kembali muncul. Seorang perempuan yang sudah hampir lima tahun ini tidak ditemuinya.Sebuah pertentangan hebat pernah memisahkan keduanya. Ya, pernikahan Anisa dengan Herman, suaminya sekarang,tidak mendapat restu dari ibundanya.Akhirnya Anisa memutuskan untuk pergi meninggalkan rumahnya dan hidup merantau bersama Herman.

Anisa melayang ke masa lalu. Saat ia berumur lima tahun. Kala itu teman-teman TK nya mengintimidasi dia lantaran warna kulitnya yang mencolok dan warna rambutnya yang berwarna merah kecoklatan, ibunya datang ke sekolah, menegur gurunya yang tidak bisa menjaganya dengan baik, mendatangi orang tua temannya yang nakal, menyampaikan kekesalannya karena putri satu-satunya itu telah dikerjain habis-habisan.

Atau waktu SD, saat ketua kelas berbuat jahil dengan mengangkat rok merahnya hingga tampaklah celana dalamnya yang bergambar Hello Kitty.Anisa melaporkan tindakan itu kepada ibunya, dan keesokan harinya, sang ibunda langsung menginginkan sang ketua kelas diberi hukuman atas tindakan yang tak pantas itu.

Saat ayahnya meninggal di usia Anisa ke 13, dan kemudian ibunya bekerja mati-matian agar gadis itu bisa bersekolah dengan baik. Siang malam tak kenal lelah mencari uang untuk kehidupan mereka yang biasa-biasa saja.Dan memori Anisa kembali ke masa remajanya, saat pertama kali ia mengalami menstruasi. Ibunya dengan sabar menasehatinya untuk selalu jaga diri, menerangkan resiko seorang anak gadis yang sudah puber. Anisa juga masih ingat ketika ibunya dengan tegas melarang Anisa pacaran waktu usia 15 tahun.

Tak henti-hentinya ibunya menjaga Anisa. Mencukupi semua kebutuhan materi gadis itu. Apapun yang Anisa minta hampir selalu diluluskan, kecuali bepergian jauh tanpa ada yang mengawasi. Ibunya begitu mendetail dalam merawat Anisa. Apapun yang Anisa lakukan tidak pernah luput dari perhatian perempuan perkasa itu.

Tapi semuanya berubah, ketika Anisa mulai mengenal Herman, rekan kerjanya di sebuah perusahaan tekstil. Saat itu Anisa bekerja sebagai akuntan di sana.Perkenalan itu berlanjut menjadi pacaran.Ketika Anisa memperkenalkan Herman ke ibunya, dengan tegas sang bunda menolaknya.Alasannya karena Herman baru saja di PHK dan tidak punya jaminan kehidupan yang layak untuk masa depan keluarga Anisa kelak.Sampai akhirnya, Anisa memutuskan untuk meninggalkan rumah, ketika ibunya member pilihan, menikah dengan pria pilihan ibunya dan tetap melihat wajah ibunya, atau menikah dengan Herman, dan enyah selamanya dari wajah ibunya.

“ Bu..” panggil Herman.

Anisa tersentak.Air matanya sudah membasahi pipinya. Matanya beradu dengan Herman, seolah tahu apa yang istrinya rasakan, Herman tersenyum.

“ Besok,..kita ke rumah ibu ya…” ajaknya.

“ Tapi…”

“ Sudah lima tahun sejak peristiwa itu…kamu pasti kangen ibumu…”

Disti heran melihat ibunya menangis.

“ Kenapa Ibu nangis? Ayah nakal ya? “

“ Tidak, Sayang. Ibu baik-baik saja.Besok, Disti ikut ayah dan ibu ke rumah nenek ya? “

“ Apa? Ke lumah nenek? Holeeeeee….” Disti gembira.

©©©

Tidak ada yang berubah dengan Desa Bumping, desa tempat nenek Disti tinggal. Tubuh Anisa bergetar ketika memasuki pelataran rumah sederhana. Perasaannya tidak karuan. Merasa bersalah, karena merasa durhaka terhadap orang tuanya.Mengingat semua pengorbanan ibundanya yang luar biasa hebat. Bagaimana ibunya selalu memaafkan atas segala kesalahan yang dibuat. Meski marah, ibunya masih saja selalu mengulurkan tangan untuk membantu Anisa.

Sekarang, Anisa berada di depan pintu. Sedikit ragu, ia mengetuk pintu rumahnya. Beberapa saat kemudian, seorang perempuan muncul dibaliknya. Menatap Anisa, Herman, dan Disti dengan terpana. Seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tampak jelas bibir orang tua itu bergetar. Rambutnya sudah banyak beruban. Tubuhnya kian kurus, meski sisa-sisa kecantikannya masih kentara.

“ A…Anisa? “

Perempuan itu memeluknya dengan berurai air mata.

“ I…bu…” ujar Anisa lirih.

“ Kamu pulang, Nak…Ibu kangen…Syukurlah kamu baik-baik saja. Sudah lima tahun kita tidak bertemu. Ibu kira kamu sudah lupa sama Ibu..”

“ Nisa…tidak mungkin melupakan Ibu…Nisa sayang Ibu…”

Nisa menangis.

“ Nenek..” panggil Disti.

Perempuan yang sedang larut dalam kerinduan itu melepas pelukannya. Beralih menatap gadis kecil yang baru saja memanggilnya nenek.

“ Ini…”

“ Namanya Disti, Bu. Anak kami.” Jawab Herman.

Pandangan sang nenek beralih ke sumber suara. Tatapannya tidak menyiratkan perasaan benci seperti lima tahun silam.

“ Herman…”

“ Iya…saya Bu.Semoga Ibu selalu sehat.”

Untuk pertama kalinya wonder woman bagi Anisa itu memeluk Herman.Anisa terharu.

“ Mulai sekarang, jangan tinggalkan Ibu lagi ya…Ibu sendirian. Ibu mau mengurus Disti..ayo masuk..”

Anisa tersenyum lega. Tidak ada pembahasan tentang konflik lima tahun silam. Yang ada adalah kerinduan yang pecah menjadi kebahagiaan.Ibunya sudah menerima Herman dan anak nya.Itu sudah membuat Anisa bahagia.Setidaknya, bagi Anisa, ibunya adalah perempuan paling cantik di dunia.Anisa sakit, kalau ada yang menyakiti ibunya. Dan betapa tersiksanya ia, ketika tahu ibunya mengusirnya kala itu.Tapi sekarang, kehidupan baru telah terbentang.

_END_




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline