Lihat ke Halaman Asli

Ternyata Aku adalah Mereka, Lalu di Mana dan Siapa Aku?

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di jembatan itu aku mulai berjalan. Tebing yang ada membuat perasaan takut seolah ingin jadi penguasa. Dan keyakinan pun menyingkirkan rasa takut yang akan selalu menghambat. Sampai di suatu tempat yang belum pernah di datangi. Suasana yang begitu asing dan tak bersahabat hadir disana. Mulai kembali menyusuri jalan yang dipenuhi dengan semak-semak. Terik panas nya matahari yang tertutupi pohon-pohon rindang. Hembusan angin yang mengmbil rasa lelah dan membuat susana tersa lebih santai. Memutuskan untuk beristirahat sejenak dengan bersender di balik sebuah pohon. Saat aku akan mulai merasakan kenyamanan, tiba-tiba terdengar suara yang seolah bertanya padaku.

Suara     : “Sedang apa kau disini? “

Aku        : “siapa kamu dan dimana kamu ? ”

Suara     : “Aku adalah kamu, dan kamu bukan lah aku. “

Aku        : “Apa maksudmu? Sebenarnya dimana kamu ? suara mu ada tapi wujud mu tak ada. “

Suara     : “Kamu yang membawa ku kesini, kenapa kamu yang bertanya padaku ? ”

Aku        : “ Tunjukan wujud mu ! Aku semakin bingung dengan semua perkataan mu. “

Suara     : “aku tak akan terlihat olehmu, selama kamu masih percaya pada mereka. “

Aku        : “Mereka ? Mereka siapa maksudmu? “

Suara     : “Mereka yang bilang kalau kamu harus pergi kesini, mereka yang bilang kalau kamu harus  percaya pada dirimu sendiri, mereka yang bilang kalau kebaikan adalah hal yang di utamakan, mereka yang bilang kalau buruk adalah hal yang harus dihindari, mereka yang bilang kalau sakit itu salah, mereka yang bilang sehat itu adalah berharga. “

Aku        : “Sudah cukup, apa sebenarnya maksud mu berkata seperti itu ?

Suara     : “Mereka telah menutupi siapa sebenar nya kamu.”

Aku        : “Aku semakin bingung dengan semua perkataan mu.”

Suara     : “Mereka bak kabut yang seolah selalu menyelimuti dirimu.”

Aku        : “Siapa sebenar nya mereka?”

Suara     : “Seperti yang sudah kubilang tadi tentang mereka, mereka lah yang membentuk mu seperti sekarang. Tanpa kamu sadari, kamu akan terus berlaku seperti sebuah boneka. Mereka akan terus menutupi dirimu yang sebenarnya agar tidak pernah tampak. “

Aku        : “Aku tak pernah merasa seperti sebuah boneka, semua apa yang aku lakukan adalah keinginanku. Aku senang melakukannya. “

Suara     : “Coba lihat dirimu sekarang, lihatlah dirimu saat kamu melakukan semua yang kamu lakukan. Lihatlah dengan mata dan pikiranmu bukan dengan hatimu. “

Aku        : “Siapa sebenarnya kamu ? kenapa kamu begitu ingin menunjukan kalau mereka itu salah. “

Suara     : “Aku bukan ingin menunjukan mereka itu salah, karena tak pernah ada yang salah dengan semua ini. “

Aku        : “Lalu kenapa? “

Suara     : “Aku adalah kamu yang tertutupi oleh mereka. “

Dan Suara itu pun hilang entah kemana, tanpa sadar ternyata aku tak sengaja tertidur di balik pohon itu. Aku mulai terdiam sejenak dan mulai mengartikan tentang apa yang ingin di artikan oleh suara tadi. Yang bisa kudapat seolah suara tadi ingin menunjukan kalau selama ini aku bukan lah aku, tapi aku adalah mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline