Lihat ke Halaman Asli

D. Wibhyanto

TERVERIFIKASI

Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Puisi: Lembayung Senja

Diperbarui: 19 Mei 2023   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lembayung Senja, photo by wibhyanto/ dokumen pribadi

Puisi: Lembayung Senja

Bersimpuh di pelataran bebatuan
tubuh letih menepi di undakan ketigapuluh
menyulam waktu bersama lembayung senja

Sejengkal lagi kita sudahi stupa terakhir, dimana
Buddha tersipu memindai ingatan, tentang sejoli yang
tak pernah berhenti melukis Pelangi

: Ah, biarlah harapan mekar, kalem saja di tersisa sekian
undakan lagi, sebelum matahari berpendar memeluk
malam, katamu

: Oh, biarkan kusentuh arca terakhir untukmu, ruang
Buddha bersila, tak memohon apa selain pulang
bersama kenangan di rumah kalbu, kataku

Dan relief terakhir lambat mengukir motif daun waru yang
lama tersimpan di celah bebatuan

Sementara lembayung senja merona di pelataran candi
menerpa sepasang bunga mawar mekar, tersipu merah jambu

Batu batu berlumut waktu, diam diam kabut mengukir
relief perjalanan terakhir sepasang sejoli yang terberkati

(Borobudur: catatan pendek di cinta yang panjang) 

Mei 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline