Puisi: Lembayung Senja
Bersimpuh di pelataran bebatuan
tubuh letih menepi di undakan ketigapuluh
menyulam waktu bersama lembayung senja
Sejengkal lagi kita sudahi stupa terakhir, dimana
Buddha tersipu memindai ingatan, tentang sejoli yang
tak pernah berhenti melukis Pelangi
: Ah, biarlah harapan mekar, kalem saja di tersisa sekian
undakan lagi, sebelum matahari berpendar memeluk
malam, katamu
: Oh, biarkan kusentuh arca terakhir untukmu, ruang
Buddha bersila, tak memohon apa selain pulang
bersama kenangan di rumah kalbu, kataku
Dan relief terakhir lambat mengukir motif daun waru yang
lama tersimpan di celah bebatuan
Sementara lembayung senja merona di pelataran candi
menerpa sepasang bunga mawar mekar, tersipu merah jambu
Batu batu berlumut waktu, diam diam kabut mengukir
relief perjalanan terakhir sepasang sejoli yang terberkati
(Borobudur: catatan pendek di cinta yang panjang)
Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H