Lihat ke Halaman Asli

Kokoh Hendra Liem

Saya adalah penulis pemula yang sedang belajar menulis

Kenangan Terindah Saat Ramadhan 1989

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kenangan itu tak pernah lepas dari ingatanku hingga kini kenangan itu tak terlupakan (sebenarnya saya malu menceritakannya disini). saat ku masih kecil kira-kira umurku 7th pada waktu itu. Kami tinggal berasama dirumah paman yang besarrr sekali (kebetulan paman pegawai Pertamina), sangking besarnya soalnya rumah Belanda di tengah hutan saya, abah, dan umi diajak tinggal disana biar rame soalnya sepi sih di tengah hutan yang lebat kala waktu itu sedangkan anak-anak paman sedang kuliah di luar pulau Kalimantan Timur.

Kebetulan di komplek itu tidak ada satupun masjid yah maklum lah kan komplek itu peninggalan jaman Belanda jadi yang ada hanya sebuah gereja yang megah. Entah prakarsa siapa yang mengadakan berbuka puasa bersama dan sholat tarawih dari rumah ke rumah, tapi semua itu membuat anak-anak di komplek itu merasa senang sekali karena banyak makanan yang enak-enak.

Paman suka sekali mengajaku untuk berbuka puasa dan sholat tarawih bersama beliau, karena banyak makanan yang super duper lezat kala waktu itu membuat saya tergiur untuk terus ikut bersama beliau. Sampai suatu hari di pertengahan puasa yang ke 20 hari mulai malas melaksanakan sholat tarawih, tapi pas buka puasanya tetap bersemangat. Terhampar berbagai macam kue, minuman dan mkanan yang menerbitkan air liurku. Dengan penuh semangat yang mengebu-ngebu ku mabil semua kue dan dua piring soto ayam serta tiga gelas limus semuanya ludes masuk kedalam perutku.

Kini tiba saatnya melaksanakan sholat tarawih. Dengan badan yang selu dan mata sudah mengantung lima watt aliaas sudah merasa ngantuk karena kekenyangan membuatku kala waktu itu merasa malas untuk melakukan sholat tarawih. Tapi dengan keadaan terpaksa saya melaksanakannya juga (dalam ancaman paman).

Setelah pada rakat yang ke lima entah mengapa tiba-tiba saya kebelet mau pipis antara takut dimarahi paman dan menahan ingin ke belakang membuat saya tidak berani untuk bilang kepada paman kalau saya mau pipis. Hingga suatu saat kandung kemih saya sudah penuh sekali, sehingga saya sudah merasa tidak tahan lagi sehingga terjadilah kejadian yang memalukan itu. Akhirnya saya pipis di atas sedjadah, seluruh sedjadah basah semua oleh air pipis saya dan air pipis tersebut mengalir tepat kesebelah kanan dan kiri bpara jemaah.

Setelah selesai sholat tarawih paman langsung berpamitan dengan sang empunya rumah, kemudian paman langsung menarik saya dengan keadaan celana yang basah oleh pipis. Sesampainya dirumah paman menceritakan  kronologis kejadianya kepada abah dan umi, ternyata bukan marah yang ku dapat tetapi ketawa yang sangat menggelegar memecah suana hening kala itu.

Semenjak kejadian itu saya tidak pernah ikut lagi sholat tarawih apa karena trauma atau maulu karena kejadian tersebut. Hingga semua teman-teman paman selalu menanyakanku apa bila tidak melihat batang hidungku di temapt tarawih tersebut.

Namun semua itu menjadi kenangan yang terindah dan sekaligus memalukan untuk ku kenang. Biarlah kenangan tersebut tersimpan rapat di belahan otakku. Dan semoga menghibur bagi para pembaca dan teman-teman serta sahabat-sahabatku di Kompasiana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline