Sekolah dasar merupakan jenjang awal untuk anak kecil mulai belajar.Setelah menjalani TK(Taman Kanak-kanak) biasanya mereka melanjutkan ke jenjang SD(Sekolah Dasar) untuk mengikuti pelajaran dasar seperti menulis, menghitung,membaca dengan benar, ilmu tersebut adalah ilmu dasar yang diperlukan untuk membentuk generasi yang berkualitas.Pada umumnya anak Indonesia mengikuti program belajar selama 12 tahun, 6 tahun di SD, 3 tahun SMP, 3 tahun SMA selanjutnya bisa memilih kuliah atau tidak.Namun apa yang terjadi jika kita tidak mendapatkan program belajar itu dengan lengkap?.
Nyatanya masih ada SD yang tidak memiliki murid,bahkan di kelas 1 SD hanya memiliki 1 murid dalam satu kelas.
Di daerah Ponorogo sangat banyak SDN yang tidak memiliki murid dalam sekolahnya,hal ini dibahas dalam
media Detik.jatim https://www.detik.com/jatim/berita/d-7444556/ada-puluhan-sd-negeri-di-ponorogo-yang-kekurangan-hingga-tak-dapat-murid
pada berita tersebut diketahui bahwa ada kurang lebih 20 sekolah dasar yang kekurangan murid bahkan tidak memiliki murid ,tentunya hal ini membuat kita terkejut.
Padahal yang kita tahu setiap anak kecil selalu memasuki jenjang SD namun ternyata masih ada saja anak yang tidak memasuki jenjang tersebut.
Menurut berita faktor tidak adanya murid di SD dikarenakan kurangnya kesadaran orang tua untuk memasukan anaknya ke dalam SD karena kebanyakan orang tua berfikir memasukkan anak ke TK sudah cukup sehingga tidak perlu measukkan anaknya ke SD.
Permasalahan ini sangat lah crucial untuk mrncetak generasi penerus yang berkualitas. Bayangkan jika semakin banyak anak yang tidak bisa melakukan hal hal dasar seperti menghitung, menulis dengan benar maka akan jadi apa bangsa ini nanti.Dengan terciptanya anak bangsa yang berkualitas maka nasib Indonesia pasti akan maju, namun jika hal ini terjadi maka apa boleh buat?.Akankah bangsa ini maju? jika anak bangsanya tidak memiliki kualitas?.
Maka dari itu pentingnya peran orang tua dan pemerintah untuk memfasilitasi pendidikan.
Mungkin di beberapa daerah yang kurang maju masih tertanam mindset desa seperti contohnya lebih memilih bekerja mulai dari kecil dari pada sekolah karena kebutuhan ekonomi.Untuk dari itu perlu dibutuhkan juga peran pemerintah untuk membantuk permasalahan tersebut.Dari berita tersebut terkutip bahwa pihan pendidikan berasumsi bahwa orang tua di daerah Ponorogo lebih cenderung kepada sekolah berbasi agama seperti pondok atau SDI.Namun pada nyatanya di sekolah SDN yang sudah di lengkapi dengan program membaca juz amma dan mengaji, namun masih saja banyak yang tidak memasuki SD tersebut.
Untuk permasalahan dimasukkan ke pondok, mungkin untuk materi dasarnya sama dengan SD namun pondok selalu cenderung condong ke agama.
Namun dengan dimasukkannya pondok ada beberapa ilmu yang tidak bisa di dapatkan seperti ilmu bersosialisasi karena pasti di pondok membatasi kontak fisik dengan lawan jenis.
Yang membuat terheran heran kenapa??
padahal pada kota kota lain tidak ada kasus SDN kekurangan murid ataupun tidak memiliki murid.
Contohnya dikota Malang pun tidak pernah saya mendapati SDN yang kekurangan murid.Sepertinya letak wilayah dan pendapatan mempengaruhinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H