Pasca kemenangan Timnas Indonesia atas Nepal pada pertandingan terakhir grup G Kualifikasi Piala Asia 2023, apresiasi tinggi diberikan oleh seluruh warga Indonesia dengan antusias. Lantaran, sudah 15 tahun tim Garuda absen pada perhelatan tertinggi sepakbola antarnegara di Asia. Kesuksesan ini tentu buah dari usaha dan kerja keras para pemain dan staff kepelatihan.
Nama Ketua PSSI Mochammad Iriawan juga menjadi sorotan publik karena selalu muncul di setiap kemenangan tim Garuda. Hal ini tentu mengundang kritikan tajam karena mayoritas kemunculan mantan Kapolda NTB tersebut diduga hanya untuk naikkan eksistensi semata. Bahkan pada laman PSSI menyebutkan bahwa Ketua PSSI merupakan aktor utama kemenangan timnas Indonesia atas Kuwait. Sontak hal tersebut langsung mendapat hujatan dari netizen dan seluruh warga Indonesia.
Ini bukan kali pertama Ketua PSSI menebar pesona ketika tim Garuda meraih kemenangan. Di berbagai kesempatan, pria yang kerap disapa dengan Iwan Bule ini selalu tampil di laman berita manapun sebagai headline utama didampingi dengan poster yang didominasi oleh Beliau.
Berbanding terbalik ketika timnas mengalami kekalahan. Tidak ada satupun dari pihak PSSI yang muncul sebagai headline berita, bahkan Ketua PSSI tidak pernah menampakkan diri ketika hal itu terjadi. Padahal, kekalahan timnas juga akibat dari ketidakseriusan PSSI dalam mengelola sepakbola Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya visi jangka panjang untuk pengembangan Timnas dan kurang memadainya fasilitas training center.
Lantas, mengapa Ketua PSSI kerap menunjukkan pamornya hanya ketika Timnas meraih kemenangan?
Bila melihat jabatan Ketua PSSI ke belakang, mayoritas merupakan pejabat publik yang didominasi dari kalangan militer. Memang ini tidak menyalahi aturan, tetapi apakah hal tersebut murni sebagai pengabdian terhadap persepakbolaan Indonesia?
Ketua PSSI periode 2016 hingga 2019 Edy Rahmayadi misalnya, eksistensi Beliau meningkat pada tahun 2018 ketika Timnas Indonesia berhasil mencapai babak 8 besar Asian Games 2018. Hal ini juga menjadi jembatan terhadap publik untuk mengenalnya karena bersamaan dengan itu, Beliau berusaha menjadi orang nomer satu di Sumatera Utara. Meningkatnya eksistensi Edy Rahmayadi di PSSI terbukti membuat mantan Pangkostrad ini berhasil terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara hingga saat ini.
Pada contoh lain ketika Ketua DPD saat ini, La Nyalla Mattalitti menjabat sebagai Ketua PSSI periode 2015 hingga 2016. Pada saat itu, Timnas Indonesia besutan Alfred Riedl berhasil meraih posisi Runner-Up di ajang AFF 2016. Sebelumnnya, publik memang sudah mengenal Beliau akibat kasus dualisme PSSI, tetapi hingga saat ini eksistensi La Nyalla Mattalitti di dunia legislatif terus meningkat sejak satu dekade lalu.
Masyarakat mulai memberikan asumsi terhadap jabatan Ketua PSSI yang dianggap sebagai batu loncatan para pejabat untuk meraih eksistensi publik. Hal ini bukan tanpa sebab, karena silih bergantinya Ketua PSSI, tidak ada perkembangan signifikan yang telah diberikan selama menduduki masa jabatan. Bahkan, para petinggi PSSI terkesan tidak mau menahu akan proses dan fasilitas yang diupayakan, mereka hanya menginginkan satu kata yaitu "Menang".
Ketika Timnas Indonesia meraih kemenangan, PSSI seakan tidak mau disalahkan dan cenderung mencari kambing hitam. Tak jarang jajaran pelatih yang selalu disalahkan, sehingga dari tahun ke tahun tidak ada pelatih yang menukangi tim Garuda untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, tidak ada proses dan progress untuk perkembangan Timnas Indonesia.