Lihat ke Halaman Asli

Aqilla Aswan Saqina

Siswa/MtsN 1 Kota Tangerang Selatan

Memoar Hortensia di Teras Sindang Jaya

Diperbarui: 28 Januari 2023   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Tubuhku menggeliat, dengan sigap aku melirik jam tangan digitalku yang selalu mengingatkan akan fananya masa yang ada. Pukul 3 pagi, aku terbangun dan langsung menyambar handuk yang terletak didepan kamar 2 gedung hijau Ma'had Darul Muta'allimin, kali ini hati nuraniku sangat semangat menyambut hari.

Semua telah siap ditempat, baju, buku, charger, nametag, mental, dan raga. Selepas sholat subuh berjama'ah di lantai 3, seluruh kelas 9 boarding bersama-sama meninggalkan ma'had dengan barang bawaan dan sembakonya masing-masing untuk menyambut 11 truk TNI yang terparkir tepat di lapangan MTsN. Sesampainya di lapangan, pagi-pagi buta telah terdengar kekisruhan disetiap sudutnya. 'Gubrak....' Beberapa barangku ada yang tak sengaja jatuh ke aspal, aku dengan beberpa kalungan nametag yang tergantung dileher mencoba untuk mengambil barang yang jatuh tadi. 

"Qilla...Truknya disini!" teriak Alesha, salah satu anggota kelompokku yang sama-sama dari boarding. Aku segera mengangkut dan memasukkan barangku kedalam truk 3, truk dimana aku dan kelompokku berada. Safina, Aura, dan Nares telah duduk rapih disana, aku dan Alesha pun ikut serta. 

Aqilla Aswan Saqina, seorang siswi MTsN 1 Kota Tangsel sekaligus ketua kelompok 49 dari kelas 9.5, siap mengikuti kegatan homestay yang dilaksanakan dari tanggal 17 hingga 19 Januari 2023. Dan tepat pada tanggal 17 Januari 2023, pukul 06.30 WIB, truk 3 menancapkan gasnya disusul dengan 10 truk lainnya. Estimasi keberangkatan adalah pukul 6 pagi, tetapi karena penundaan, kami terpaksa mundur 30 menit.

 Jalan berundak nan terjal, tanjakan licin, aspal yang tak rata, kemacetan yang merajalela, itulah sensasi dari perjalanan menuju desa. Jalanan tol telah kami lewati bersma-sama. Sekitar 1 jam lamanya rombongan MTsN sempat merehatkan tubuh di Rest Area Ciawi, untuk menghilangkan sensasi sumpeknya truk, kami jajan dan jalan-jalan sebentar, tak lupa saling sapa dengan anggota truk lain. 5 jam telah terlewati seiring suhu yang berubah cukup signifikan. 

Kelompokku, sebagian siswi kelas 9.4 dan 9.10, tak lupa Bu Mawal dan Pak Ashar sebagai pendamping di truk 3 turun secara bergiliran. Sebelum pak supir memakirkan truk di tempat yang tersedia, terdapat plang yang menggantung di gapura bertuliskan "Wileujang Sumping. Desa Sindang Jaya, Kec. Cipanas, Kab. Cianjur, Kota Bogor". Disinilah tempat kami menetap, kampung asri nan damai yang bernama Kampung Ciheurang Tengah.

"Kelompok 49. Bapak Daday" teriakku dengan napas tersengal ditengah kerumunan sembari membawa barang bawaan dan mendokumentasikan. Tugas pertama setelah sampai disana ialah mencari orang tua asuh kami. Setelah 10 menit lamanya mencari keluarga Pak Daday, akhirnya kami menemukannya. 

"Disini Pak Daday" terdengar seutas kalimat dari seorang wanita yang berusia kurang lebih 35 tahun, dengan senyum tersungging di bibir dan keramahan mimiK wajahnya. Ibu asuh kami menjemput kami, beliau adalah istri dari Pak Daday, Bu Eti Namanya. Dengan membawa barang yang cukup banyak, kami mengikuti langkah kaki Bu Eti dengan saksama. 20 meter jauhnya telah kita telusuri dari tempat parkir truk semula, gang-gang sempit dan licin, rumput-rumput menjulai, tanah yang sedikit becek akibat hujan menghiasi perjalanan. Dari kejauhan terlihat rumah tingkat 2 lantai dengan cat abu-abunya dan toko kelontong di teras rumahnya. Bu Eti mempersilahkan kami masuk. 

Sesampainya di dalam rumah kami disambut oleh Bapak Daday dan kedua putrinya dengan ramah , Nafisah dan Zafira. Kami menaruh barang di lantai dua, di sebuah kamar yang kualitasnya setara dengan kamar di kota. Sebuah rumah yang dilapisi rotan, lantai hanya beralas aspal, dan atap yang bocor, itulah bayangan yang kami pikirkan tentang tempat yang akan kami tinggali nantinya, semua bayangan itu pupus ketika mendapati rumah ini. "Bagus banget ya, Alhamdulillah" ucap Safina. Mulai dari sini, aku dan kelompokku tersadar akan kenikmatan dan kelayakan yang kami dapatkan, yang belum tentu kelompok lain dapat rasakan.

 "Bu, ini dari kami ya." ucapku seraya memberikan ke 5 bungkusan sembako yang telah kami siapkan sedari awal. Kami kembali bebenah dan membereskan barang bawaan. Sebelum memulai aktivitas pertama, kami makan siang dan sholat dzuhur terlebih dahulu, tepat pukul 13.00 kami harus pergi ke masjid kampung, masjid Baiturrahman, untuk menghadiri pembukaan kegiatan homestay. 

Sesampainya disana, Pak imam selaku ketua panitia memberikan sambutan, disusul dengan kepala desa dan petinggi-petinggi lainnya. Acara pembukaan selesai, kelompok kami dan beberapa teman lainnya pergi jalan-jalan sebentar untuk mencari udara segar. Sawah berundak yang terbentang luas, rumahrumah warga, dan aliran sungai yang menyejukkan menjadi asupan mata di siang yang melelahkan. Banyak pedagang kaki lima yang sedang berkeliling menawarkan makanan yang mereka bawa, tak lupa juga anak-anak kampung Ciheurang dengan latto-latto mereka. 1 jam lamanya kami habisi dengan mendokumentasi dan berfoto ria, tubuh kami telah mencapai batas kemampuan, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat dan pulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline