Lihat ke Halaman Asli

Aqil Aziz

Suka makan buah

Menghormati Tetangga

Diperbarui: 23 Mei 2018   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pxhere.com

Pak Sujak, datang tergopoh-gopoh, menemui Pak RT. Mengadukan ulah tetangganya. Ia merasa terganggu. Tidak mendapatkan ketenangan. 

"Ini sudah kerlaluan Pak RT. Masak setiap hari nyetel musik keras-keras. Memangnya yang punya telinga situ saja. Saya juga punya telinga. Berhak mendapatkan ketenangan. Sudah dua kali saya ingatkan. Tapi tak ada tanda-tanda untuk berhenti. Kalau tidak dicegah istriku, saya sudah banting speakernya. Biar nyahok."

"Tenang Pak, tenang! Sebagai Ketua RT, saya tidak boleh memihak dua warga saya yang berseteru. Saya harus mendengarkan penjelasan dari pihak kedua, konfirmasi. Apa benar apa yang Bapak katakan? Dan lagi pula, semua permasalahan itu tidak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Kita harus mengedapankan perdamaian. Menjunjung tinggi nilai hukum. Negara kita ini kan, negara hukum. Ada tata aturannya yang jelas, tidak boleh serampangan dan main hakim sendiri. Untung istri Bapak mencegah. Coba kalau, tidak! Malah jadi rame."

"Tapi Pak RT. Ini harus segera diselesaikan dengan cepat. Saya sudah tidak betah lagi. Bisa-bisa gendang telinga saya jebol, mendengarkan musik metal itu."

"Ya, ya Pak, jangan khawatir.  Saya akan menyelesaikannya dengan cara ngomong baik-baik. Kalau boleh jujur, sebenarnya Pak Joni itu baik lho Pak. Dia dermawan dan ringan tangan. Bulan kemarin ada pembangunan jembatan, ia sumbang sepuluh juta. Lalu Jum'at kemarin, dia juga ikut kerja bakti membersihkan selokan. Meski kaya. Menurut saya ia orang yang mampu menempatkan statusnya di masyarakat. Saya salut denganya. Tapi tetap saja, saya akan mendatangi, dan membicarakan permasalahan Bapak secara baik." jelas Pak RT.

Esoknya. Sujak tak mendengarkan lagi suara musik yang mengganggunya itu. Ia tersenyum. Merasa Pak RT sudah melakukan tugasnya dengan baik.

Pada malam harinya, anak sulung Pak Sujak yang kerja di Jawa, datang. Membawa oleh-oleh paketan kardus besar.

"Setelah saya melihat kondisi warga sekitar, yang kebanyakan adalah pedagang jajanan pasar. Saya punya inisiatif. Bapak saya belikan mesin penggiling tepung. Ini supaya Bapak punya penghasilan tidak jadi pengangguran."kata anaknya dengan bangga. "Gimana Pak, anakmu ini pandai mengambil peluang, kan?"

Tanpa basa-basi lagi. Kardus itu dibuka dan mesinnya diuji coba. Suaranya keras, memenuhi isi ruangan. "Wah mantab ini Pak. Besok kita akan pasangkan bener. Di sini menerima penggilingan tepung."

Pak Sujak diam saja. Ia berpikir keras. Bagaimana mungkin ia mau usaha penggilingan tepung. Itu kan bisa menggangu. Ia tidak bisa menolak hadiah dari anaknya sekaligus ia merasa malu dengan tetangga sebelah. Pak Sujak tak punya pilihan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline