Lihat ke Halaman Asli

Aqila Mayda K

Mahasiswi

Pergeseran Makna Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Tengah Modernisasi Masyarakat

Diperbarui: 11 Mei 2020   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perayaan Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah. Maulid atau Milad dalam bahasa Arab adalah hari lahir. Perayaan ini adalah wujud sukacita dan penghormatan umat Islam kepada Nabi besar Nabi Agung Muhammad SAW. 

Di Indonesia, Maulid Nabi sudah ada sejak era Walisongo dengan nama perayaan Syahadatain atau Sekaten. Masyarakat merayakannya dengan sederhana seperti pembacaan kitab Maulid dan Selametan yang diiringi tradisi setiap daerah yang berbeda-beda. Seperti festival Grebeg di Yogyakarta dan Weh-wehan di Kaliwungu, Kendal. Meskipun memiliki kontroversi syari'at (bid'ah atau bukan) dan tanpa ada aturan baku dalam pelaksanaan tetapi tradisi yang merupakan ciri khas Islam tradisional ini tetap dijalankan oleh sebagian besar umat Islam.

Modernisasi adalah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau berkembang ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Willert E Moore menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil. 

Modernisasi dan Westernisasi memiliki perbedaan yang cukup jauh salah satunya adalah tidak mengesampingkan nilai-nilai agama yang tetap di pertahankan di modernisasi dan mempertentangkan budaya barat dengan budaya setempat adalah westernisasi. Setiap perubahan pastilah diharapkan suatu kehidupan yang menjadi lebih baik dan lebih maju. Namun setiap perubahan juga membawa sisi buruk seperti sikap individualistik yang membuat mereka merasa tidak membutuhkan lagi orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia sendiri merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih jauh rasanya untuk menjadi Negara yang memiliki masyarakat modern. Walaupun beberapa kota besar di Indonesia masyarakatnya sudah bisa merasakan hal-hal modern, namun sayangnya semua hal tersebut tidak dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia yang berada di wilayah terpencil.

Komunikasi di era modernisasi ini sangatlah berkembang dengan cepat, semua hal dapat dilakukan hanya dalam genggaman tangan dan ketukan jari. Informasi pun juga begitu, kita dapat memperoleh informasi terkini dari mana saja nasional maupun internasional. Dengan adanya kemudahan akses untuk memperoleh informasi tersebut, mengakibatkan berita palsu atau hoax lebih cepat menyebar.

Pergeseran makna kali ini berada di Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Selaparang Kota Mataram. Dalam proses perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW disini ada dua rangkaian yaitu persiapan dan pelaksanaan perayaan. Pada tahap persiapan biasanya dilakukan rapat sebelum menyelenggarakan perayaan Maulid. 

Satu minggu sebelum perayaan Maulid banyak acara yang dipersiapkan seperti lomba, menghias jalan dan masjid, penampahan yaitu kegiatan memasak oleh ibu-ibu, mengundang tamu undangan seperti pemuka agama untuk mengisi tausiyah dan Praje yaitu tradisi masyarakat yang mengarak anak-anak yang sudah dikhitan dengan menggunakan kuda-kudaan dan diiringi musik-musik tradisional. 

Selanjutnya adalah proses pelaksaan perayaan yang dilaksanaan seperti pada daerah-daerah lain. Namun ada satu ciri khas tradisi perayaan Praje disini yaitu monggok-monggok, biasanya tamu undangan akan disajikan tuak (sejenis minuman keras khas Pulau Lombok yang terbuat dari air pohon nira yang difermentasikan sehingga berubah bau, warna, serta rasanya dan mampu menyebabkan efek halusinasi). 

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada awalnya oleh para ulama digunakan sebagai media menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat. Dengan mengakulturasi kebudayaan yang menjadikan Maulid Nabi sebagai hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Hingga saat ini perayaan Maulid Nabi bagi masyarakat Dasan Agung masih memiliki pemaknaan yang sama yaitu memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. 

Namun ada juga beberapa rangkaian perayaan Maulid Nabi disini yang mengalami perubahan seperti Praje, perayaan ini sudah ada sejak dulu. Awalnya pada tahun 1970 anak-anak yang dikhitan dalam perayaan ini diarak dengan singgasana berbentuk masjid, namun pada tahun 1972 ada seorang masyarakat Dasan Agung yang memperkenalkan singgasana dengan menggunakan kuda. Lama-kelamaan kuda digantikan dengan kuda-kudaan sampai saat ini. Musik yang mengiringi praje pun mengalami perubahan di awal tahun 1980an menggunakan musik religius yang menjadi musik dangdut, hingga sekarang menggunakan berbagai macam jenis musik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline