Di sebuah kota kecil, seorang teman dekat bernama Sesil sangat bersemangat untuk menghadapi wawancara pekerjaan impian di perusahaan besar. Sesil telah bersiap dengan matang, memiliki keterampilan yang luar biasa, dan keyakinan diri yang tinggi. Sesill Adalah seorang mahasiswa polban berusia 21 Tahun.
Sedari kecil Sesil di bersarkan oleh nenek nya yang sudah sepuh berusia 56 tahun sedari kecil, bahkan sedari kecil ia tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya karena telah tiada. Sesul kadang merasa sedih karena sedari kecil tidak pernah merasakan adanya sosok orang tua seperti teman temannya yang lain. Sedari bangku sekolah Sesil terpaksa berjualan untuk bertahan hidup dengan neneknya seperti berjualan kue, cilok, dan aneka makanan lainnya, Sesil tidak pernah mengeluh untuk mencukupi kebutuhan finansial hidupnya.
Selain itu karena ia sangat suka sekali dengan skate, terkadang ia menjual pernak pernik skate seperti roda dan papan, dan karena ia tumbuh besar di lingkungan punk seringkali ia berjualan spike atau gesper custom.
Setelah ia memasuki perkuliahan, untuk membayar kuliah ia bekerja sebagai warehouse keeper di salah satu brand lokal bandung dan alhamdulillahnya dari pekerjaan tersebut sesil dapat berkuliah dengan tenang tanpa memikirkan cicilan uang kuliah.
Meskipun mencoba untuk tetap tegar, Sessil merenung di tempat yang sepi, meratapi kesempatan yang hilang dan merasakan kehilangan yang mendalam. Walaupun bersikap positif, Sessil menyembunyikan kepedihan di balik senyumnya, merangkai kembali harapannya untuk hari esok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H