Lihat ke Halaman Asli

Peran Kita untuk Menghindari Jebakan Negara Berpenghasilan Menengah

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Negara Berkembang | Kompasiana (Kompas.com, Wisnu Widiantoro)"][/caption] Mungkin banyak yang belum tahu bahwa Indonesia saat ini sedang memasuki masa - masa kritis dari perkembangan ekonominya. Kok bisa? Bukannya performa ekonomi kita sedang bagus - bagusnya : (1) Pertumbuhan ekonomi 5 - 6% tiap tahunnya - jauh diatas pertumbuhan ekonomi dunia - sehingga Indonesia diprediksi akan menjadi negara dengan ekonomi no. 7 terbesar di dunia pada tahun 2030; (2) Sekitar 90 juta orang kelas menengah di usia produktif - kurang lebih sama dengan jumlah total penduduk produktif di Jerman, Perancis dan Inggris - dan diprediksi akan bertambah menjadi 150 juta orang kelas menengah di tahun 2030; (3) Situasi politik yang relatif stabil, ditandai dengan damainya proses Pemilihan Umum selama 15 tahun berturut - turut. Ketiga hal diatas adalah faktor - faktor yang membuat Indonesia berhasil menjadi negara dengan penghasilan perkapita menengah (Middle Income Country). Kita berhasil melaju dari negara dengan berpenghasilan rendah (931 USD / tahun / kapita) di tahun 2002 menjadi negara dengan berpenghasilan menengah (3,563 USD / tahun / kapita) di tahun 2011. Sebuah prestasi yang patut dibanggakan! Namun, prestasi ini tidak boleh membuat kita lantas jumawa dan berdiam diri, karena tantangan lainnya sudah menunggu. Jika tidak hati - hati, Indonesia bisa terjebak menjadi negara dengan berpenghasilan menengah selamanya. Kita tidak ingin seperti Afrika Selatan dan Brazil, yang terjebak di status negara berpenghasilan menengah lebih dari satu dekade. Dampaknya sangat buruk, tidak hanya untuk ekonomi tapi utamanya untuk kesenjangan sosial. Karena lama terjebak menjadi negara berpenghasilan menengah, Afrika Selatan dan Brazil sangatlah rentan dengan persinggungan antara kelas kaya dan miskin. Disana banyak sekali kejahatan dan demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak mampu karena mereka iri dengan kekayaan yang dimiliki oleh golongan kaya. Gejala - gejala yang sebenarnya sudah kita lihat mulai bermunculan saat ini di Indonesia. Oleh karena itu, kita (pemerintah dan masyarakat) harus berpikir keras dan melakukan banyak inisiatif agar kita bisa segera menjadi negara berpenghasilan tinggi (pendapatan / capita > 15,000 USD) sehingga kesenjangan antara si kaya dan si miskin tidak ada lagi. Untungnya pemerintah sudah menyadari adanya tantangan ini dan menyiapkan inisiatif yang harus dilakukan agar bisa terhindar dari jebakan negara berpenghasilan menengah ini. Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, menyebutkan bahwa ada 6 (enam) inisiatif yang akan dilakukan pemerintah untuk mempercepat akselerasi Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi : (1) Menutup kesenjangan infrastruktur, (2) Menghilangkan kesenjangan pendidikan (keahlian), (3) Memperbaiki fungsi dari pasar, (4) Meningkatkan akses layanan berkualitas untuk semua orang, (5) Memperbaiki proteksi sosial, dan (6) Mengatur resiko dari bencana alam. Oke, kalau diatas itu adalah enam inisiatif pemerintah. Lalu bagaimana dengan kita? Apa yang harus kita lakukan untuk mempercepat akselerasi Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi? Apakah kita cukup berpangku tangan sembari menunggu pemerintah melakukan keenam inisiatif diatas? Tentunya tidak, malah sebaliknya keenam inisiatif diatas sebenarnya hanyalah "enabler" dari aksi sesungguhnya untuk membuat masyarakat Indonesia berpenghasilan tinggi. Sebagai masyarakat, kita harus berperan aktif untuk memanfaatkan fasilitas - fasilitas yang akan dibangun pemerintah (infrastruktur, pendidikan, pasar, layanan berkualitas, proteksi sosial dan perlindungan dari bencana alam) untuk menjadi lebih produktif dan inovatif dalam bekerja. Jika saat ini..anda terbiasa untuk melakukan dua pekerjaan dalam satu hari, maka mulailah berpikir bagaimana caranya agar anda bisa mengerjakan 6 pekerjaan dalam satu hari! Tantangan yang sepertinya sulit tapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Seperti kata pepatah jawa kuno, "No Pain No Gain!"  ;) Additional thoughts or critics are most welcome! @apungsumengkar




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline