Lihat ke Halaman Asli

Haru dalam Suka

Diperbarui: 2 Juni 2016   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada sore itu adalah kejadian yang tak dapat aku bayangkan. Bamm….. bunyi dua kendaraan yang tersenggol lalu terseret ke aspal, tepat di depan gerbang mesjid di pinggiran jalan, sepeda motorku dengan sepeda motor sepasang kekasih. Aku yang membawa kendaraan dan membonceng kakakku. Aku di situ dengan pandangan yang berputar-putar, badanku melemah, tulang bahu kananku serasa patah, mulutku tak sanggup bersuara, hanya telingaku yang mampu mendengar, nadiku serasa ingin terhenti. Aku melihat kakakku dengan pandangan yang berkunang-kunang, kaki kanannya lecet dan berjalan dengan sedikit pincang.

Aku bersama kakakku yang awalnya hendak pergi ke sebuah tempat rekreasi, tetapi berujung na’as. Sebelumnya suasana baik-baik saja, aku membawa sepeda motor dengan kecepata 40 km, ada sepasang kekasih di depan kami, tiba-tiba mereka membelok ke arah kanan, mau masuk ke salah satu mesjid dengan tidak menghidupkan lampu samping, akhirnya kendaraan kami bersenggolan dan terseret ke aspal. Sewaktu kejadian itu aku langsung di angkat seorang lelaki yang tak aku kenal dan langsung di naikkan ke sebuah mobil yang entah siapa pemiliknya, lalu aku di bawa ke Puskesmas yang tak jauh dari tempat kejadian itu, kakakku duduk disampingku dengan kecemasan yang tak dapat dijelaskan, aku yang tak berdaya tidak bisa berkata dengan kakakku bahwa bahu kananku sangat sakit, aku menangis, tidak bersuara, karena tak sanggup. Sesampai di depan Puskesmas, mereka dengan cepatnya membawaku masuk, dan menaruhku di tempat pasien, tiba-tiba asam lambungku kambuh, dan aku berteriak, perutku sakit!!, bahuku sakit!!. Semuanya panik, perawat langsung mengambil obat dan memberikan kepada kakakku, dan langsung membersihkan lukaku. Kakakku kedekatku dan meminumkanku obat. Aku terus berteriak, sakit… sakit…!!

Tidak lama kemudian asam lambungku reda, tetapi bahuku masih sangat sakit, lalu perawat berkata, “sebaiknya bawa dia ke Rumah Sakit sekarang!!,”  lalu aku di bantu berdiri, dan aku melihat sepasang kekasih yang tadi, ternyata perempuannya kakak kelasku sewaktu di SMA. Betul-betul tak terbayangkan olehku. Sesampai di Rumah Sakit, aku mengatakan kepada Dokter bahwa bahu kananku sakit, kemudian Dokter segera membawaku ke ruang Ronsen, setelah itu Dokter memihat ronsen itu tepat di hadapanku dan membacakan hasil ronsen. Dokter berkata ”ini tulang bahu kanannya patah!! Solusinya dua, mau di oprasi atau pengobatan tradisional?.” Kemudian Aku terkejut dan menangis, aku merasa tak bisa melakukan apa-apa lagi, karna tangan kanan yang selalu aku pergunakan, sudah tak berdaya. Karna aku takut di oprasi, aku memilih pengobatan tradisional. Malamnya aku pergi ke salah-satu tempat pengobatan tradisional bersama keluargaku, lalu bahuku di urut, aku menjerit kesakitan sampai mengeluarkan air mata, dan saat itu rasanya tulang bahuku serasa putus. “Ohh TUHAN!!.” Kemudian aku di beri obat, dan di suruh untuk datang satu minggu dua kali, setelah dua minggu atau setelah empat kali di urut, aku tidak datang lagi, karna beralih ke Dokter Spesialis Tulang, sesampai di sana, bahuku di ronsen ulang, hasilnya tetap sama, lalu Dokter hanya member resep obat. Pergilah kami membeli obat tersebut, dan Dokter menyuruhku minum obat selama tiga bulan. Akhirnya aku sembuh juga dari sakit yang tak dapat aku bayangkan bisa sembuh. Dari kejadian itu ternyata ada hikmahnya untukku, aku mendapat perhatian yang lebih dari keluargaku, dan terutama dari orangtuaku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline